33.Bertahan

481 33 12
                                    

"Ada gak ya penghapus buat lupain kamu dari otak ku." -Anya-

                             *******

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

                             *******

Demi apapun Anya takut dan tegang saat tangan Kale melingkari perutnya, tapi tubuh tidak bisa berbohong pelukan Kale membuat Anya nyaman dan ingin berlama-lama disini, badannya juga sangat harum, tidak boleh! Anya harus membuang pikiran semacam itu dan segara pergi dari sini.

"Maaf Anya, maaf." Ucap Kale.

Deg!

Hati Anya semakin tidak karuan rasanya, Anya melihat keatas tepat ke arah kelapa Kale, matanya terpejam. Ternyata ia sedang mengingau.

"Buat apa Kale minta maaf sama, Anya?" tanya Anya. Mungkinkah Kale menyesal atas perbuatan kasarnya selama ini pada Anya?

Mungkin sepertinya begitu, Anya tersenyum lebar melihat Kale.

"Lo bodoh Nya, bodoh banget." Lanjut Kale masih mengingau, wajah Anya langsung datar.

"Aishhh." Kesal Anya. Ia harus memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa keluar dari pelukan Kale.

Perlahan Anya membuka tangan kekar Kale, sudah hampir terlepas. "Ahkkhhh." Kale meraung sambil mengeratkan pelukan tersebut seolah Anya adalah guling untuknya.

"Tuhan!" keluh Anya dengan wajah panik.

Di hirupnya nafas Anya dalam-dalam lalu kembali berhati-hati melepaskan tangan Kale. "Perlahan-perlahan dan." Anya terlepas dari pelukan Kale ia langsung bangkit. "Yes, berhasil!" Ucap Anya senang.

Mata Anya kembali menoleh pada wajah Kale, sepertinya anak itu sangat kewalah sampai terlelap dan tidak terganggu, Anya tersenyum simpul melihat Kale, lebih tampan ketika ia tidur dari pada ketika membentak Anya.

Cukup lama akhirnya Anya memutuskan untuk turun ke bawah. "Anya!" panggil Kale sambil bangkit dari tidurnya.

Mata Anya langsung tertutup akibat sangat takut. "Mati deh Anya mati." Ucap Anya panik sendiri, ia membalikan badannya.

"Lo jelek banget Nya, sumpah." Kata Kale mengigau lalu kembali tertidur.

Anya mendengus kesal, mengapa suka sekali membuat Anya panik dan sejak kapan Kale suka mengigau seperti ini?

Ia segera turun kebawah seraya menahan lapar di perutnya, Anya bisa saja makan tanpa minta izin pada Kale, tapi pasti akan terkana amukan.

Alhasil ia belajar dengan perut kosong. "Apa Galang kalau belajar sebanyak ini?" tanya Anya saat dirinya sudah duduk di kasurnya.

Sudahlah tak ada waktu mengeluh, ia harus belajar seperti Galang agar bisa masuk ke kelas robot yang sesungguhnya.

Sarapan pagi kali ini wajah Anya terlihat panik akibat kejadian semalam, Anya terus menerka-nerka apakah Kale menyadarinya. Tapi, untung saja ternyata Kale tidak ada di meja makan.

KALE [END]Where stories live. Discover now