27.Tupperware

357 32 4
                                    

Emang sepenting itu.

                              *******

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

                              *******

Anya cukup hebat untuk melakukan segala hal sebagai asisten rumah tangga sekaligus pengasuh Ica. Sayangnya sikap dekat dengan Kale masih melekat padahal sudah berkali-kali diperingati.

Pagi ini Anya tersenyum lebar saat bangun dari tidurnya, ia senang karena pagi ini ia akan kembali bersekolah seperti anak yang lain. Sesudah menyiapkan sarapan pagi Anya langsung bersiap-siap untuk berangkat kesekolah.

Risa memberikan Anya bekal tiga puluh ribu, sangat tidak mencukupi tapi Anya harus pintar-pintar mengatur uang. Anya keluar lewat pintu belakang yang langsung mengarah ke garasi mobil dan ia bertemu dengan Kale yang sedang memanaskan mobil, Kale memang sekarang lebih memilih membawa mobil kesekolah.

Anya mengintip Kale lewat kaca dan memberikan Kale senyum khas dirinya. "Semangat Kale sekolahnya!" ucap Anya dengan tangan yang dibuat mengepal.

Kale heran kenapa Anya sesenang itu, Kale pun keluar dari mobilnya. "Masih belum bisa jaga sikap sama, tuan?" tanya Kale dengan alis yang terangkat satu.

Dengan cepat Anya menyengir kuda dan membentuk jarinya menjadi V. "Oke, maaf tuan." Jawab Anya.

Kale langsung memegang pergelangan tangan Anya dengan cukup kencang dan menatap matanya dengan tajam. "Bisa nggak usah anggap bercanda ucapan gue nggak?"

Anya menelan saliva di mulutnya dan mengangguk kecil, Kale langsung melepaskan tangan Anya. "Aw." ringis Anya.

"Gue punya kesepakatan berdua sama lo, gue nggak minta ditolak." Jawab Kale lalu tersenyum licik.

"Apa?" tanya Anya dengan wajah polos.

"Lo gue denda kalau masih bersikap kekanak-kanakan depan tuan lo ini." Ucap Kale.

Apakah ceria selalu disamakan dengan anak-anak? ah benar, anak-anak memang selalu terlihat ceria dengan tulus.

"Oke." Balas Anya yang sudah ketakutan.

Tangan Kale terulur ke arah Anya meminta uang denda tersebut. "Hah-a-a-pa?"

Kale mengetuk-ngetuk pelan bagian pelipis Anya dan menatapnya kesal. "Gue ingetin ya, kemarin lo senyum ke gue dan baru aja tadi lo senyum lagi ke gue, mana?"

Anya menghela nafas putus asa. "Kan kesepakatannya baru sekarang."

"Nah, dendanya juga harus sekarang." Jawab Kale tak mau kalah.

Tak ada pilihan lain Anya mengeluarkan uang bekalnya. "Mau berapa?"

"Kalau gue bilang semua, lo pulang pasti udah ada di lampu merah." Jawab Kale meledek Anya.

Tapi pada dasarnya Anya yang otaknya lemot tak mengerti. "Ngapain?"

Kale memutar bola matanya malas. "Udah deh sepuluh ribu aja, untuk hari ini gue kasih kasbon."

KALE [END]Where stories live. Discover now