69.Kebenaran

861 45 1
                                    

Datangnya manis perginya pahit, siapa? kamu Anya. -Kale.
_______________________________________

"Ah ya?" ucap Anya sambil segera mengusap air matanya.

"Ada masalah?" tanya Galang. Anya menggeleng lalu memegang tangan Galang.

"Makasih banyak udah berani ceritain luka lama ke Anya." Ucap Anya berbohong. Galang tahu itu.

"Gue sayang banget sama Tapasya nya, tapi dia pergi ninggalin luka sedalam ini buat gue," kata Galang. Ah hati Anya berdenyut sakit.

"Disana pasti Tapasya bangga banget Galang bisa sekuat ini," balas Anya dengan senyum sedihnya.

Galang mengangguk. "Makasih juga udah mau dengerin dan gue juga min-"

"Nggak usah, nggak usah," sekat Anya yang tahu kelanjutan ucapan Galang.

Mereka berdua menikmati senja berdua, tak lama Anya membuka suara. "Galang...."

"Kenapa?"

"Seandaikan ... seandaikan hari ini terakhir Galang bisa lihat, Galang mau lihat apa?" tanya Anya menatap Galang.

Alis Galang bertautan ini adalah sebuah pertanyaan terkonyol yang pernah Galang dengar, ia meronggoh saku celananya dan memperlihatkan foto dirinya dan Anya yang tengah tersenyum sambil meminum es doger, dulu Galang memang sempat mengambilnya. Karena tak paham Anya menoleh pada Galang, jari Galang menunjuk ke arah senyum dirinya di foto itu. "Senyuman diri sendiri dan...." Galang menunjuk senyum Anya. "Senyum orang yang paling kita cinta."

Sekuat tenaga Anya menahan air matanya, ia tersenyum pada Galang. "Kenapa harus itu?"

"Karena itu lebih dari seisi bumi dan keindahannya," jawab Galang tulus.

"Anya keren kan Galang?" Tanya Anya sambil bersender di bahu Galang, dengan mudahnya Galang mengangguk.

"Tapi tetep lebih keren gue," balas Galang membuat Anya tersenyum sambil meneteskan air matanya, sepertinya Galang yang terlalu percaya diri ini sudah kembali lagi.

Dijalan menuju pulang mereka bertiga mengobrol membahas pasal Kale yang sikap dinginnya mulai hilang berkat Nadya. "Udah sampai mana men perkembangannya?" tanya Epot pada Kale yang menyetir.

"Dia ngajak gue serius," jawab Kale. Jawa yang duduk di belakang sambil tengah meminum air langsung tersedak.

"Serius, gimana?" tanya Jawa.

"Dia ngajak gue buat makan malem sama nyokap bokapnya," ucap Kale.

"Kalau udah dari orang tua kenal pasti jengjang serius ni," balas Epot yang duduk di sebelah Kale.

Jawa langsung terdiam, ia dulu masih ingat yang Sifa katakan jika Anya masih sangat mencintai Kale dan begitupun sebaliknya, mereka hanya gengsi dan pura-pura lupa.

"Cepet juga Nadya." Balas Jawa.

"Yailah takut di tikung si Dinar!" Ucap Epot karena Dinar anak TIK juga menyukai Kale. Kalau begini Jawa harus bertindak sendiri.

Lima hari sebelum wisuda dilaksanakan Anya menulis surat untuk seseorang, ia mengehala nafas saat surat itu telah selesai. "Anya pasti bisa!" ucap Anya meyakini diri sendiri.

Ujian sudah berlangsung tiga hari, dan beberapa hari lagi akan selesai, Anya kembali dekat dengan Galang dan itu menjadi bahan perbincangan anak-anak Gapara.

Di kampus Jawa mencari Nadya untuk menghasutnya. "Kenapa za?" Tanya Nadya yang tengah berbincang dengan temannya.

"Bisa bicara sebentar?"

KALE [END]Where stories live. Discover now