57.Kesibukan

252 27 0
                                    

Hal yang mudah kadang dibuat ribet supaya bisa terus-terusan deket kamu -Galang.
_______________________________________

Demi apapun Anya terkejut saat mendengar nama tersebut. "Ray?" tanya Anya memastikan.

Ibu mengangguk, Ray bilang jangan kasih tahu pada Galang saja bukan pada Anya, pikirnya. "Iya, mungkin dia Kakak kelas mu? dia anak nakal dan beberapa kali tidak naik kelas," balasnya.

Anya mengangguk-ngangguk. "Iya aku kenal, dia Kakak kelas ku dan Galang sangat membencinya sebab-"

"Ray berpacaran dengan Kakaknya?" tanya Ibu. Anya mengangguk.

"Sebenarnya Kak Tia dan Ray bilang jangan bilang ini pada siapaun, karena takut Galang semakin membenci Ray," ucap Ibu tersenyum sedih.

"Jujur Anya nggak tahu kenapa Galang sebenci itu sama Kak Ray," kata Anya jujur sebenernya ia juga penasaran akan hal ini.

"Kamu ingin mengetahuinya?" tanya Ibu. Anya mengangguk mantap.

"Itu karena Ibu," balasnya lalu menunduk sedih.

"Oh-nggak usah cerita Bu, Anya nggak-"

"Ray jadi laki-laki yang disewakan oleh gadis di tempat barnya untuk sekedar menjadi teman kencan dan pemuas nafsu, Ibu merasa sangat hina kalau mengingat kearah sana," kata Ibu Anya menyimpan tehnya dan menggenggam tangan Ibu untuk menenangkannya. "Dan sebelum Ibu ada di sini uang itu dulu Ray pakai untuk membelikan Ibu obat-obatan, mungkin ada anak yang melihatnya sampai menuduh Ray juga menggunkan padahal tidak sama sekali, dia hanya tak ingin melihat Ibu kesakitan."

Benar, Anya pernah dengan berita kalau Ray adalah pecandu dari Abigel dan ternyata itu hanyalah gosip belaka. "Kak Ray pasti sayang banget sama Ibu," balas Anya.

Ibu mengusap air mata yang jatuh di pipinya, Ray benar-benar menanggung kebodohan kedua orang tuanya. "Muti sempat tahu hal itu tapi Ray malah bilang ia melakukan karna hawa nafsunya bukan karena Ibu, itu membuat hubungan keduanya hancur karena tak enak Ibu menelpon Muti dan menjelaskan kejadian yang sebenarnya, Muti menerima hal itu dan memaafkan Ray dengan berjanji untuk mencari pekerjaan yang lain, Ray mengiyakan tapi tak melakukannya, pekerjaan mana yang bisa dapat banyak uang selain pekerjaan itu? pikir Ray, alhasil Ray kembali bekerja diam-diam, Ibu nggak tahu bakalan gimana kalau kali ini Mutiara tahu," ucap Ibu dengan mata yang berkaca-kaca. "Ray tidak sebajingan yang orang-orang bilang dan ia benar-benar tulus mencintai Mutiara, uang yang ia dapat untuk Ibu, hanya untuk Ibu. Ayahnya? ayahnya lepas tanggung jawab melihat Ibu yang semakin hari semakin menjijikan ini, ia hanya memberikan Ray bar itu saja."

"Kak Ray...." Anya terdiam membayakan betapa sulitnya bila ia ada di posisi anak itu.

"Lebih bodohnya anak itu meluapkan segala kekesalan dan emosinya dengan cara turun kejalan membawa senjata tajam dan nyawa yang taruhannya," lanjut Ibu dengan air matanya.

"Galang salah paham akan hal ini Bu, Anya akan-"

"Tak usah, kamu tak usah beri tahu anak itu. Ibu paham Galang tak ingin melihat Kakaknya menderita, sekarang Ibu hanya berharap pada Tuhan jika Ray memang jodoh Muti sekuat apapun badai menghadang pasti akan kembali lagi." Ibu tersenyum manis setelah mengatakan hal itu.

Anya memeluk Ibu. "Anya nggak akan bilangin Galang, Bu."

Hujan itu berhenti dan Anya segera pergi, ia berjalan ke tepi trotoar benar-benar tak ada mobil umum yang lewat, ia ingin menelpon seseorang untuk menjemputnya tapi siapa?

"Awshh!" kesal Anya saat bajunya terkena genangan air akibat mobil yang melaju begitu cepat, alhasil seragam putih abu Anya jadi kotor.

"Yah gimana ini? mana Anya cuma punya satu pasang!" kesal Anya.

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang