44.Hampa

462 38 0
                                    

Ternyata beristri dua itu nikmatnya lahir batin.  -KALE-
______________________________________

Satu minggu setelah kejadian itu Anya sengaja mematikan ponselnya dan ia bersikap seolah tak terjadi apa-apa jadi kedua orang tua Kale yang sudah pulang ke Indonesia menganggap semuanya baik-baik saja, keadaan Ica semakin membaik ia akan kembali bisa berjalan normal bila terapinya lancar. Kale sendiri merasa Anya banyak berubah setiap bertemu Kale pasti selalu menghindar. Sejujurnya Anya hanya kecewa.

Malam hari ini Epot dan Desvilia makan malam di suatu restoran yang berada di Jakarta pusat. Epot terheran sendiri mengapa sangat tiba-tiba sekali, Desvilia bilang ia butuh kesegaran angin malam dan butuh teman bercerita, mungkin ada yang mau ia ceritakan pada Epot.

Mereka berdua memesan makanan, sedikit canggung sebenarnya apa lagi Desvilia memasang wajah datar. Cara makan Desvilia berbeda dari gadis yang lain, tidak terdengar berisik, tidak terlalu lama dan juga tidak sok cantik. Sepertinya cara makan saja diatur oleh Ibunya.

Desvilia memandang kearah depan dengan tatapan kosong, Epot yang ada di depannya jadi merasa diperhatikan ia pun tersenyum kikuk sambil meminum jus.

"Kemal," panggil Desvilia. Ia asing bila mendengar nama Epot.

"Iya?" jawab Epot.

"Gue bingung harus seneng atau sedih saat diterima kelas unggulan, rasanya bener-bener berkecamuk," ucap Desvilia membuat Epot yang tak tahu apa-apa jadi bingung.

"Kenapa?"

"Ada yang mundur saat gue mulai maju, ada yang berkorban saat gue nyerah, ada yang peduli sama gue, dia ... Anya," ucap Desvilia.

Desvilia tahu Epot kenal Anya dari malam saat Anya mabuk bersama Kale.

"Dia ngundurin diri buat lo?" tanya Epot. Desvilia mengangguk.

"Bener apa kata Galang, seharusnya apapun alasannya Anya nggak bisa dengan mudah korbanin apa yang udah selama ini ia perjuangin cuma buat gue, gue sama dia ya sama-sama berjuang, cuma bedanya Anya cepet tanggap nggak kaya gue yang lemot, gue tahu jelas Anya itu anak yang pemales dan bodoh, ngerjain satu soal aja dia nggak bisa, tapi berkat mulut gue sendiri dia belajar mati-matian sama Galang sampai akhirnya nampar gue pakai prestasinya yang semakin hari semakin bikin gue ngerasa bersalah ... gue ... gue itu cuma pengen cari aman aja mal," kata Desvilia dengan suara bergetar.

"Gue nggak mau dibentak sana sini sama orang rumah, mereka keluar uang banyak cuma buat gue, tapi mereka nggak pernah ngerti kalau gue ini anak yang lemot dan nggak sepinter yang mereka kira," lanjutnya dengan satu tetes air mata yang membasahi pipinya.

Ia mulai terisak dan Epot ikut merasa sedih, menjadi anak orang kaya tidaklah seenak yang orang-orang lain pikirkan. "Lia, jujur gue sekolah bertahun-tahun nggak ada satupun bidang mata pelajaran yang gue bener-bener ngerti, suka ataupun jago gitu, nggak ada kayanya. Mungkin terkadang ada beberapa yang gue ngerti, suka atau bisa. Dalam pelajaran pjok misalnya, bisa doang nggak terlalu jago kaya Bule atau temen-temen cowok gue yang lain, mereka hebat. Walau begitu gue nggak maksain buat suka sama hal yang nggak gue suka, sekalipun gue dalam keadaan tuntunan kaya lo, gue nggak mau stres dan orang tua gue nyesel di kemudian hari Lia, gue bakalan berani nentang dan bilang ke bokap nyokap gue sekenceng-kencengnya biar mereka ngerti apa maunya gue," kata Epot menasehati agar Desvilia tidak menjadi penakut.

"Pinter itu emang harus balance tapi kalau kita nggak kuat? apa harus biarin batin tersiksa. Gue, lo atau orang diluar sana banyak yang ada di posisi kaya lo, dan mereka nggak nemu titik untuk keluar dari masalahnya, jalan bodohnya mereka bunuh diri, gue nggak mau lo juga gitu Lia," lanjut Epot. Air mata Desvilia mengalir begitu deras, ia membiarkannya tanpa mengusap. Ia lelah harus berpura-pura terlihat baik-baik saja.

KALE [END]Where stories live. Discover now