09. Pencapaian Awal

209 84 3
                                    

Happy reading

Dika tersenyum lebar menampakkan lesung pipi di wajah tegasnya, semilir rasa hangat memenuhi hatinya yang berdegup gugup. Bolehkah Dika jujur? Sejak pertama kali bertemu, gadis ini benar-benar menarik perhatiannya.

"Akhirnya." Nada senang itu terucap jelas dari bibir Dika. Tatapan teduh yang ia tujukan pada Aylin memberikan rasa tenang di diri Aylin yang terlihat gemetar.

Dika mengulurkan tangannya, Aylin menatap uluran tangan itu bingung. Gadis itu memiringkan kepalanya sembari mengangkat sebelah alisnya sedikit.

Laki-laki itu terkekeh geli, reaksi Aylin terlihat menggemaskan dimatanya. "Kenalannya diulang ya, setelah ini kita resmi temenan." Ucap Dika.

Bibir yang membentuk huruf O disertai tatapan bingung itu kembali mendatangkan tawa kecil dari Dika. Walau terlihat ragu, Aylin tetap menyambut uluran tangan besar milik laki-laki itu.

"Kenalin, gue Dika. Lo bisa datang ke gue kapan aja kalau lo butuh sesuatu. Agak alay si, tapi gue cuma mau mastiin kalau lu beneran jadi teman gue sekarang." Celoteh Dika.

Aylin tersenyum kecil lalu mengangguk kecil, "Ak-Gue Aylin, makasih udah mau jadi teman pertama gue."

Dika sedikit tersentak mendengar kata pertama dari gadis itu, namun tak lama, laki-laki itu kembali tersadar dan membalas senyum kecil Aylin.

"Lo bakal punya banyak teman setelah ini, have a nice day, Aylin."

•••

Apakah ia baru saja berteman dengan seseorang?

Bisakah Aylin bertepuk tangan kepada dirinya sendiri sekarang?

Hatinya terasa hangat, dan buncahan rasa senang memenuhi dirinya. Senyum kecil terpatri di wajahnya mengingat ia memiliki seorang teman sekarang.

Pemilik kamar bernuansa kelabu itu menumpukkan kepala diatas pembatas balkon sembari memikirkan kejadian yang ia alami hari ini. Dinginnya udara malam ditemani sinar bulan yang menerangi bumi serta semilir angin yang menggelitik, menjadi saksi atas kekaguman seorang gadis pada seseorang.

Dan dirinya sendiri.

Mulai dari mendapatkan perlakuan buruk yang biasa ia alami, hingga mendapatkan seorang teman yang sangat ia tidak sangka.

Kejadian buruk di mall hari ini memang selalu terjadi, saking seringnya, Aylin bahkan sudah tidak memperdulikan rasa sakit yang ia dapatkan.

Entah sudah beberapa kali, ia tidak menghitunganya. Ketika dirinya bermain ice skating dan mendapat perlakuan memalukan dari sepupu-sepupunya, tidak pernah sekalipun ia mendapat pertolongan dari orang lain. Aylin lelah, meminta bantuan orang lain sama saja membahayakan orang tersebut.

Dampak besar yang Aylin dapatkan dari kekuasaan yang dimiliki sepupu-sepupunya, ia tidak akan pernah dibiarkan mempunyai teman. Bahkan jika ia punya, manusia-manusia palsu yang hanya membutuhkan dan memanfaatkannya lah yang mendekat.

Dalam kurun waktu tujuh bulan, tidak ada seorangpun yang membela bahkan berinteraksi baik kepadanya. Semuanya palsu, menjauh, bahkan merudungnya hingga titik terendah. Dirinya sendiri pun tidak berani untuk memulai, ia terlalu kaku kepada orang lain.

LyintusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang