25. Quality Time

103 55 12
                                    

Happy reading

"Abaaaangg!"

Dira berteriak kesal lantas geram akan kelakuaan Dika yang usilnya nauzubillah.

"Hahaha."

Lihat lah tangannya yang dilipat di perut, bibir plum itu mengerucut lucu dengan raut wajah yang mengkerut membuat Dika semakin gemas ingin mengganggu adik perempuannya itu.

"Ututu, ayo marah lagi, abang ga takut wlee," ejek Dika.

Dira memalingkan wajahnya, dirinya sudah lelah menghadapi Dika lama-lama.

Dika tertawa pelan sembari menghapus peluh keringat akibat lelah berlari-lari. Laki-laki itu membawa tubuhnya bersandar pada sofa menatap geli adik bungsunya.

"Lihat tuh, adek ketawanya lepas banget," Ucap Dika menunjuk Revan yang terkikik geli di atas sofa sambil meremas gemas mainannya. Bocah kecil dengan setelan piyama tidur berwarna biru muda asik memandang tingkah kedua kakaknya yang sangat menghibur dirinya yang sedang sumpek karena kesal akan nilai ulangan Bahasa Indonesianya tadi.

Dira ikutan menoleh, sontak kedua netra berwarna hitam itu berbinar

"Aduh lucu banget, kakak ga kuatt!" Dira berlari menghampiri Revan. Dengan kedua tangan rampingnya, gadis itu segera menggendong dan mencium gemas kedua pipi berisi milik adiknya itu.

Sungguh, adiknya ini sangat lucu. Untuk anak SD seumurannya, tubuh Revan ini tergolong kecil. Ditambah lagi pipi berisi dengan semburat pink alami itu membuatnya tampak sangat menggemaskan.

"Umur berapa si? Adik siapa sihh? gemasnyaa."

Revan yang awalnya anteng-anteng saja di ulenin oleh kakak cantiknya itu kini mencoba melepaskan diri dari dekapan Dira, "Udah udaaah," raung Revan meronta-ronta, bisa habis pipinya ini jika dicium terus-terusan.

"Adeknya abang ini, awas." Dika dengan cepat mengambil alih tubuh Revan, mendekapnya dengan erat sembari digoyangkan ke kanan dan ke kiri.

"Idih," decih Dira. Dirinya baru senang-senang sudah di rebut saja.

Gadis itu merenggut kesal sembari berjalan mendekati dua insan itu.

Dira menepuk bahu Revan dua kali membuat bocah itu mengalihkan pandangannyapada Dira.

"Adek, jawab pertanyaan kakak dengan jujur oke?"

Revan mengangguk, Dika membenarkan posisi berdirinya agar leher adiknya tidak sakit.

"Pilih abang atau kakak? Kalau pilih kakak hadiahnya es krim." Ucap Dira memberi opsi pada Revan. Bocah itu menggerutkan keningnya dengan bibir yang mengerucut ke depan, ia kurang suka dengan  pilihan  yang diberikan oleh kakak cantiknya itu.

Abangnya itu seperti superhero dan kakaknya itu seperti ibu dokter yang selalu merawatnya saat sakit, aduh Revan bingung!

"Idih nyogok," julid Dika.

"Biarin lah, sabodo teuing!"

Dira mengembangkan senyumnya seraya mengangkat-angkat kedua alisnya menggoda sang adik.

"Gimana dek? Pilih kakak atau abang?"

Dika tidak mau kalah, "Adek kalau milih abang, nanti abang beliin mainan mobil-mobilan 2," ucapnya.

Hanya pertanyaan simpel namun hadiah yang ditawarkan kedua saudaranya ini menguji batin Revan. Es krim dan mobil-mobilan, siapa yang mau menolak keduanya? Bolehkah Revan memilih keduanya?

LyintusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang