12. Lorez

211 75 1
                                    

Happy reading

Terik matahari yang panas cukup menyengat kulit tak melunturkan fokus tujuh orang laki-laki berjaket hitam-menyembunyikan seragam sekolah-, tatkala beberapa buah motor besar seketika menghalangi jalan mereka. Membuat lingkaran mengunci pergerakan Ketujuhnya.

Tidak ada kendaraan yang berlalu lalang di jalan itu, karena memang, daerah yang didatangi oleh anak-anak Tyrex itu cukup jauh dari ramainya permukiman.

Dika menatap datar seorang laki-laki yang memasang seringai kearahnya. Jelas ia mengenal siapa orang itu, laki-laki yang mengeroyokinya tempo hari, Lorez.

"Yah, ketemu lagi deh kita," ujar Lorez dengan nada meledek.

Dika mengerutkan keningnya seraya terkekeh pelan, "Kangen lo sama gue?"

"Iya gue kangen, kayaknya muka lo udah sembuh. Sabi lah gue lebamin la-"

"Berani?" Tanya Anggara seraya membuka helm yang menutupi wajahnya. Ekspresi dingin yang ditunjukan laki-laki itu serta deep voice khas miliknya memotong ucapan Lorez.

Anggara yang kebetulan melakukan latihan basket di SMA Negara diajak pulang oleh anak-anak Tyrex yang lain terkecuali Angkasa dan Rans yang masih ada urusan dengan organisasi mereka masing-masing. Laki-laki itu berencana mengajak mereka untuk makan siang di rumah makan yang cukup jauh dari permukiman, namun kedatangan Lorez dan kawanannya sepertinya akan membatalkan rencana itu.

BUGH!

Mengingat Dika yang dihajar satu lawan lima oleh kelompok itu, membuat Anggara naik pitam. Laki-laki itu menstandarkan motornya lalu berlari dan melayangkan pukulan pada rahang Lorez, membuat Lorez terhuyung jatuh bersamaan dengan motornya karena tidak siap dengan pukulan tiba-tiba oleh Anggara.

Mohon jangan remehkan Anggara, walau ia sedikit lebih pendek dari manusia-manusia tiang disekelilingnya, laki-laki itu menyimpan otot yang besar dibalik baju kebesaran yang selalu ia pakai.

Lorez yang tidak terima, segera bangkit melompati motornya membalas memukul dada Anggara yang langsung ditangkis oleh laki-laki itu.

"Lo kebelakang, gak usah ikut. Besok ada ulangan." Dika menyuruh Mahesa untuk mundur, tidak lucu jika adik kelas sekaligus sahabatnya itu sakit-sakitan sebelum melaksanakan ulangan fisika yang sejak di sekolah tadi ia keluhkan.

Mahesa menatap Dika dengan bibir yang dimajukan, merasa tidak terima dengan ucapan laki-laki itu namun tidak berani membantah. Ia menjalankan motornya untuk menjauh.

Orion menangkis beberapa pukulan yang dilayangkan kearahnya, laki-laki itu turun dari motornya untuk menghalangi kawanan Lorez yang terlihat ingin mendekati Anggara. Ujung mata Orion menatap Bagas dan Kopi yang juga terlibat adu pukul.

"Tujuh lawan lima belas, sialan!" Umpat Dika, memberi bogeman mentah pada rahang musuh didepannya lalu memelintir kebelakang tangan laki-laki itu dan menendangnya hingga tersungkur ke tanah.

Motor mereka yang masih berada di tengah mengganggu konsentrasi mereka. "ANGGARA!"

Anggara sontak menoleh mendengar teriakan dari Kopi setelah menendang keras perut Lorez. "BANGSAT!" teriak Lorez merasakan sakit tapi tetap bangkit untuk menjaga harga dirinya.

Kopi memberi isyarat untuk menjauh dari lokasi ini, setidaknya tidak membuat kerusakan pada motor-motor milik mereka yang tentunya mahal.

Anggara mengiyakan, laki-laki itu berlari terakhir sembari melawan beberapa orang yang berusaha menyerang teman-temannya dari belakang.

"Main kejar-kejaran huh? Cupu lo pada!" Pekik salah satu kawanan Lorez.

"Gak usah bacot, motor rusak otewe garuk tanah lo pada!" Balas Orion sedikit mengejek.

LyintusWhere stories live. Discover now