20. Pembinaan Hari Pertama

169 68 6
                                    


Happy reading

Jangan bosen baca narasi ya

•••

Kini ruangan kesenian yang diisi sekitar dua belas murid sedang terfokus mendengarkan arahan dari Ibu Ira. Di hadapan masing-masing murid sudah tersedia sebuah easel stand lengkap dengan alat-alat lukis lainnya. Dua hari setelah mengisi formulir pendaftaran, kelas pembinaan dimulai.

Jam sudah menunjukan pukul tiga sore, lima menit sebelum para murid mulai berinteraksi dengan alat-alat lukis, mereka maju satu per satu untuk mengambil sebuah kertas yang digulung rapi oleh Bu Ira untuk menentukan tema lukisan mereka.

Bu Ira meminta mereka melukis dengan tema yang berbeda di hari yang pertama. Katanya hal ini hanya sebagai pemanasan sebelum di kemudian hari mereka akak memulai dengan tema yang sama, dimana saat itu yang terbaiklah yang dipilih.

Dika melangkah maju saat mendengar namanya terpanggil, sesaat sebelum mengambil sebuah gulungan kertas, Dika menolehkan kepalanya sekilas menatap Aylin yang berada di kursi paling depan. Aylin tersenyum kecil.

"Hubungan antar manusia dengan manusia lain," gumam Dika membaca kertas miliknya. Dika mengangkat kepalanya menatap Bu Ira yang tersenyum mendengar tema yang Dika dapat.

"Tema yang indah, tapi lebih indah lagi kalau kamu melukis seseorang yang sangat berarti buat kamu." Bu Ira berucap, Dika mengulum senyumannya lalu membungkuk untuk kembali pada kursinya.

Letak kursi Dika yang berada di pojok kanan paling belakang membuat Dika merasa sedikit bersyukur karena tidak ada yang akan menyadari jika ia terus tersenyum seperti orang gila. Dika jelas sudah menentukan siapa yang akan dilukisnya.

"Baik, semua sudah mendapat tema masing-masing. Ibu beri kalian waktu satu jam tiga puluh menit untuk menyelesaikan lukisan kalian. Selamat bekerja," kata Bu Ira sembari memperlihatkan stopwatch yang ada di genggamannya lalu menekan semacam tombol untuk memulai waktu.

Semua murid mulai sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Seketika ruangan menjadi sunyi, hanya suara kecil dari gesekan alat-alat lukis serta pensil yang bergerak kesana kemari diatas kanvas yang putih. Dika menatap kanvasnya sejenak meminang-minang seberapa besar ukuran objek yang pas, kemudian meraih sebuah pensil untuk menggores sketsa lukisan yang akan ia buat.

Dika mengandalkan ingatan yang tersimpan dalam memorinya seiring dengan tangannya yang bergerak membentuk sebuah taman yang pernah ia kunjungi bersama Aylin tempo hari. Mulai dari jalan kecil, bangku kotak yang terbuat dari semen, pepohonan, dan beberapa sketsa stickman yang tersebar sebagai orang-orang yang mengisi lukisan itu, tidak ketinggalan dengan dua sketsa stickman yang sedang duduk diatas bangku semen.

Merasa pas dengan proporsi objek yang dibuat, Dika mulai meracik warna. Memilih beberapa warna yang akan menjadi warna dasar diatas kanvas sebelum ditimpa dengan warna lain. Dika menggunakan palet kayu yang dibawanya dari rumah, cat acrylic sudah disiapkan oleh sekolah sebagai bahan latihan.

"Bismillah."

Dika mencelupkan sebuah kuas jenis spalter kedalam gelas air, kuas jenis spalter yang bentuknya hampir mirip dengan kuas flat kotak, namun kuas spalter sedikit lebih luas dibanding dengan kuas flat kotak. Setelahnya Dika mengambil cat berwarna biru dengan kuas yang sudah sedikit lembab lalu mengaplikasikannya untuk membuat background biru langit pada kanvas. Cukup bergerak searah agar terlihat rata dan rapi.

LyintusWhere stories live. Discover now