Am I Wrong -57- Hotter Than Hell

449 24 3
                                    



BAGIAN LIMA PULUH TUJUH

My Playlis- Do It For Me by Rosenfield
__________________________

Vanya mengerutkan keningnya, dari tempat tidur Vero ia terduduk dan melipat kakinya sembari melihat Vero yang tidak memakai atasan sehingga memamerkan badan atletisnya, berjalan membuka gorden jendela yang begitu tinggi sehingga membuatnya sedikit kesulitan. Vanya tidak berpikir maksud Vero adalah ini, padahal mabuknya menjadi hilang karena perbuatan Vero sebelumnya "bukan kah itu bisa menggunakan remot?"

Pergerakan Vero terhenti, ia menatap Vanya yang sudah memakai kemejanya "benarkah?"

"Jangan bilang kau tidak tahu dengan itu" gumam Vanya melihat Vero berjalan menuju meja yang berada di dekatnya untuk mencari remot yang Vanya maksud.

"Got it" Vero berjalan menghampiri Vanya setelah memencet tombol pada remot kecil untuk membuka gorden tinggi itu sehingga membuat jendela bening di depan hadapan Vanya menampilkan hutan yang mengelilingi rumah itu "Dulu aku hampir setiap bulan sekali datang kesini tapi aku tidak tahu jika jendela ini punya remot"

Vanya terdiam menatap hutan didepannya, ia terkagum bisa melihat kengerian dan keindahan malam disaat yang bersamaan. dari tempat tidur Vero, Vanya bisa melihat jelas beberapa bintang yang bersinar terang walaupun tidak banyak. "Wah, cantik"

"Maksud mu menyeramkam?" Vero melirik ke arah Vanya di sampingnya yang masih menatap ke arah luar "Kau suka?"

"Tentu, aku belum pernah berada di tengah tengah hutan seperti ini" ucap Vanya membuat Vero terkekeh "bisa kah kita lebih lama disini?"

"hanya besok, karena tiga hari lagi kita akan masuk sekolah" Vanya mendesah pelan, bisa bisanya ia lupa jika ia masih sekolah. Vanya menyandarkan badannya pada bahu Vero dan menatap hutan di depannya.

"Apa menurutmu menatap hutan seperti ini seru?" Tanya Vanya dan melirik Vero sekilas berharap Vero memahami apa maksudnya.

"Tentu, siapa tahu ada benda putih melayang"

"Vero!"

"Penakut" Vero tertawa, ia memeluk Vanya di sampingnya yang sedang menatapnya dengan sebal. Kening Vero mengkerut melihat Vanya beranjak dari tempat duduknya dan seketika duduk diatas pahanya, mengangkanginya.

"Vanya" Vero berucap pelan, ia menaik turun kan jakunnya untuk menelan air liurnya sudah payah, ia menahan tangannya agar ia tidak memengang kedua gundukan bokong Vanya.

"Kau tidak lapar?" Tangan Vanya mulai memegang dada telanjang Vero, matanya menatap mata Vero yang terdiam melihatnya tapi tidak seperti sebelum mereka masuk kedalam kamar. Kemana kilatan tadi?

"Aku tidak lapar Vanya" suara Vero terdengar datar membuat Vanya berdecak, ia segera bangkit dari paha Vero namun Vero menahan pinggulnya sehingga ia tidak bisa pergi, Vanya terkejut ketika Vero menarik pinggulnya itu agar mendekat "Kau mengantuk?"

"Vero bisakah kau pindahkan dulu yang ada di saku mu? itu mengganjal" ucap Vanya sembari menunjukan geliat tidak nyaman karena benda itu benar benar menyentuh bagian bawahnya, kening Vanya mengkerut melihat Vero menyeringai di depannya namun seketika ia sadar dan membulatkan matanya "aku tidak bermaksud- Vero!"

"jangan berteriak, nanti yang lain dengar" gumam Vero pelan setelah berhasil mengangangkat badan Vanya dan membantingnya pelan di atas tempat tidur. pipi Vanya mulai memerah melihat Vero merangkak diatasnya dari bawah hingga kepalanya sekarang tepat berada di depan Vanya sedangkan tangannya menjaga agar tubuhnya tetap berjarak dari tubuh Vanya.

tentu saja mata Vanya tidak bisa melepas pandangannya dari bibir Vero yang selalu menarik perhatiannya karena bentuknya yang menurutnya sangat sexy.

Vero yang menyadari pandangan Vanya kembali menyeringai "jika kau mau, kau bisa memintanya"

Am I Wrong? [END]Where stories live. Discover now