Mémoire : 1. Switzerland

30.5K 2.6K 404
                                    

Tampaknya, rasa iri sudah benar-benar mendarah daging di hati Lisa. Bukan iri pada saudari-saudarinya. Tapi dia iri dengan orang lain yang bisa melakulan segala hal tanpa campur tangan orang tua.

Gadis berambut hitam panjang itu mendesah kesal. Melempar ponselnya asal ke atas ranjang. Melihat benda itu bukan membuatnya terhibur, justru semakin membuat suasana hatinya memburuk.

Kemarin, libur semester telah dimulai. Semua teman-temannya tampak sedang menikmati liburan ke berbagai kota mau pun luar negeri. Tapi Lisa? Ayahnya bahkan sudah membuat jadwal agar dia mengikuti kemana lelaki itu pergi.

Lisa mungkin akan baik-baik saja jika Ayahnya ingin pergi untuk bersenang-senang. Tapi semua jadwal Ayahnya hanya bersangkutan dengan masalah perusahaan. Dan sebenarnya bukan hanya Lisa, namun juga Rosé. Sedangkan Jisoo dan Jennie sudah dipercayakan oleh Ayah mereka untuk memegang anak perusahaan keluarga Kim itu.

"Ayo sarapan." Suara itu membuat senyum Lisa muncul begitu saja. Memang tak ada yang lebih baik, dari kehadiran kakak-kakaknya untuk membuat suasana hati gadis itu membaik.

"Apakah lengkap? Biasanya Jennie Unnie, atau Appa tak ada." Ujar Lisa menghampiri Rosé yang ada di ambang pintu kamarnya.

Kalimat Lisa memang adalah fakta. Jennie memang sering sekali absen ketika mereka sarapan bersama. Bukan dia mengabaikan keluarganya sendiri. Tapi gadis itu hanya berusaha sebaik mungkin untuk memajukan perusahaan. Agar kedua adiknya tak dipaksa lagi untuk mengurus perusahaan lainnya.

Bahkan saat ini Jennie rela memegang sekaligus tiga anak perusahaan. Dua diantaranya akan diserahkan untuk Lisa dan Rosé ketika lulus. Tapi Jennie masih bersikeras, jika dia bisa mengendalikan ketiga perusahaan itu. Dan memaksan sang Ayah untuk tak menekan kedua adiknya lagi.

"Semuanya ada. Jennie Unnie yang memaksa Appa. Karena Jisoo Unnie ingin membicarakan masalah liburan kita."

Tangan Lisa yang semula hendak menekan tombol lift di mansion itu, seketika tak bergerak. Dia terlalu terkejut, karena hal yang ingin Jisoo lakukan bisa saja memancing kemarahan Ayah mereka. Sungguh, sebenarnya Kim Hyunbin sangat membenci liburan. Karena hal itu hanya membuat mereka mengabaikan tanggung jawab yang diberikan.

"Apa Jisoo Unnie ingin bunuh diri?" tanya Lisa pada Rosé di sampingnya.

Gadis blonde itu tak langsung menjawab. Memilih mendengus kesal sembari menekan tombol lift. Setelah terbuka, dia segera menarik tangan Lisa untuk masuk ke dalam lift yang akan membawa mereka ke lantai dasar mansion itu.

"Kali ini Jennie Unnie akan membantu. Semoga saja berhasil."

Di dalam keluarga itu, Kim Jennie memang adalah anak yang paling penurut. Dia akan mengikuti semua perintah Ayahnya. Dan terbukti, dia bisa memenangkan banyak penghargaan dan keberhasilan di usia yang amat muda.

Anak kedua Kim Hyunbin dan Son Yejin itu menyelesaikan kuliah Bachelor degreenya hanya dalam 3 tahun. Tak hanya itu, sejak kuliah pun dia sudah mampu memimpin perusahaan. Dan di usianya yang ke 22 tahun kini, dia bahkan sudah melebihi sang kakak mengenai berbagai keberhasilan di dunia bisnis.

"Apakah dengan melakukan liburan, kalian bisa menjadi sukses dan berhasil?"

Rosé dan Lisa serempak menghentikan langkahnya ketika sudah sampai di dekat meja makan. Menelan saliva susah payah tatkala suara Hyunbin benar-benar terdengar menusuk.

"Appa, ini adalah libur semester mereka. Berikan sekali saja, eoh? Seumur hidup, kami tidak pernah berlibur bersama." Suara Jisoo itu kembali membuat Rosé dan Lisa melangkah mendekat. Duduk di kursi masing-masing dengan canggung.

Mémoire ✔Where stories live. Discover now