Mémoire : 40. Come

17.2K 1.9K 522
                                    

Setelah beberapa hari lalu mengetahui bahwa Lisa lah yang menjadi pendonor ginjal untuknya, Jennie amat terpukul. Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga adiknya. Menjadi kakak terlemah di keluarga itu.

Dia tertekan, sampai harus terserang demam selama beberapa hari. Membuat penyembuhannya semakin melambat. Padahal, dia ingin seperti Rosé dan Jisoo yang sibuk mencari Lisa. Tapi dia tak sanggup. Karena turun dari ranjang saja dia seakan tak mampu.

"Makan dulu, hm? Kau harus meminum obat." Yejin membantu Jennie untuk bersandar di kepala ranjang.

Gadis itu tak menolak. Beberapa hari ini dia makan dan meminum obatnya dengan baik. Dia tak ingin merusak ginjal milik Lisa yang kini bekerja di tubuhnya. Walau rasanya kecewa, tapi dia tak bisa berbuat apa pun selain menerimanya.

"Demamnya belum turun? Apakah kita ke rumah sakit saja?" Hyunbin muncul dengan raut khawatir. Kepala lelaki itu rasanya ingin pecah memikirkan keadaan Jennie serta Lisa yang belum terlihat sampai sekarang.

"Obatku hanya Lisa." Jawab Jennie datar, setelah menelan bubur yang disuapi oleh ibunya.

Hyunbin dan Yejin saling pandang. Mereka pun sama tertekannya dengan Jennie. Tapi gadis itu tentu merasakan lebih. Siapa pun tahu, jika Lisa adalah kesayangan semua orang. Termasuk Jennie yang selalu memanjakan sang adik. Kehilangan seperti ini, tentu membuat mereka terpukul.

"Apakah belum ada titik terang?" tanya Yejin pada suaminya. Wanita itu tampak memiliki kantung mata yang begitu jelas sekarang karena terus menangis dan sulit untuk tertidur.

Fakta mengenai Lisa akhir-akhir ini begitu mengguncang jiwanya. Dan yang terakhir dia dapat dari mulut Hyunbin adalah Lisa yang sering melukai dirinya sendiri saat tertekan. Yejin hanya tak mau, jika anak bungsunya itu melakukan hal bdooh yang bisa membuat Yejin semakin kehilangan.

"Dohyun sudah pergi ke agensi tempatnya bekerja. Dia tak mendapatkan apa pun pentunjuk mengenai keberadaan Lisa."

Yejin menghela napas berat. Kedua matanya kini beralih pada Jennie yang sudah menangis dalam diam. Lisa, anak itu seakan memiliki kekuatan yang bisa menghilang dengan sempurna tanpa meninggalkan jejak. Seorang Hyunbin, bahkan tak bisa menemukannya.

.........

Malam ini cafe itu tampak cukup lenggang. Mungkin karena cuaca di luar tak terlalu baik untuk bepergian, membuat sebagian orang memilih tinggal di rumah dengan selimut hangat.

Rosé juga merasa kedinginan. Tapi dia harus datang kesana untuk mengetahui hasil dari pencariannya beberapa hari ini. Karena sekarang, dia dan Jimin sedang menunggu seseorang untuk datang.

"Apakah kalian menunggu lama?"

Tangan Rosé yang semula meremas dengan gelisah, kini melonggar tatkala mendengar suara seseorang yang asing baginya. Tubuh gadis itu menegak, menatap dengan pandangan penuh harap.

"Aku tau kau sibuk, Hyung." Jimin menepuk bahu temannya. Membuat mereka sejenak terkekeh. Mengabaikan Rosé yang sudah tidak sabar untuk bertanya.

"Tumben sekali kau mengajakku keluar? Ah, apa karena ingin pamer kekasih barumu?" Lelaki itu menunjuk Rosé dengan sudut matanya, membuat Jimin kembali memukul pundak lelaki itu.

"Apa maksudmu? Dia temanku, Rosé. Dan Rosé, ini Hoseok Hyung yang aku ceritakan kemarin."

Rosé mengangguk pelan. Mengulurkan tangannya dan dengan hangat Hoseok menyambutnya. Sedikit ragu jika lelaki yang berstatus teman Jimin ini bisa memberikannya petunjuk tentang Lisa. Karena di mata Rosé, Hoseok adalah orang yang sangat riang dan banyak bicara. Sedangkan yang Rosé tahu, Lisa sangat membenci orang-orang seperti itu. Kecuali ketiga kakaknya, tentu saja.

Mémoire ✔Where stories live. Discover now