Mémoire : 48. She's Changed

14.2K 1.7K 516
                                    

Suka cita itu mereka ciptakan bersama selama berada di Swiss. Berusaha untuk tak mengundang tangis yang bisa mengacaukan hari-hari bahagia mereka. Semuanya berjalan terlalu lancar, hingga pada hari ke tujuh semuanya berubah drastis.

Situasi disana cukup asing untuk mereka. Berawal ketika Lisa yang baru saja bangun tidur tiba-tiba berlari meraih pisau buah yang ada di meja nakas, semula tergeletak bersama buah apel. Dia berteriak ketakutan melihat Ketiga kakaknya yang berusaha mendekat.

"Tidak! Jangan mendekat! Jangan bunuh aku!" Lisa selalu meneriaki kalimat yang sama sejak beberapa menit lalu.

Gadis itu bergerak untuk terjalan menuju pojok kamar. Meringkuk dengan tangan masih mengacungkan pisau tajam itu. Dia sungguh ketakutan. Dia berusaha untuk menyelamatkan dirinya.

Jennie sudah melaporkan kejadian ini pada Jinhwan, Dokter yang menangani Lisa. Lelaki itu bilang jika kini Lisa sedang mengalami halusinasi atau delusi. Itu adalah salah satu gejala penyakitnya. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Jinhwan hanya berpesan untuk berhati-hati karena saat ini Lisa sedang agresif. Dia bisa saja melukai orang di sekitarnya karena tak ingat siapa mereka.

"Sayang, kemarikan pisaunya. Lisa bisa terluka." Jisoo memberanikan diri untuk mendekati Lisa. Sedangkan Jennie sibuk menenangkan Rosé yang sedari tadi sudah menangis.

"Tidak! Pergi!"

Wajahnya penuh dengan keringat dan air mata. Sorot hazelnya menampakkan ketakutan yang luar biasa. Dan ini adalah pertama kalinya mereka melihat Lisa seperti itu. Dulu, ketika Lisa sedang bertarung dengan depresinya bahkan dia tak pernah seburuk sekarang.

"Lisa-ya, dengarkan Unnie---"

Slash~

"Unnie!"

"Nona Jisoo!"

Seruan itu muncul ketika Lisa tak sengaja menggoreskan pisau pada lengan Jisoo. Dia spontan melakukan itu karena Jisoo tiba-tiba menyentuhnya. Lisa takut, sungguh.

"J-Jangan sentuh. Kau orang jahat," ujar Lisa dengan suara bergetar.

Jisoo hanya menangis dalam diam. Luka di lengannya sama sekali tidak terasa sakit. Hatinya lah yang jauh lebih merasakan sakit luar biasa.

"Unnie, sebaiknya---" Ucapan Jennie terhenti saat Jisoo mengangkat tangannya. Memberi tanda bahwa Jennie atau pun yang lainnya harus diam.

Sulung Kim itu menghembuskan napasnya pelan. Berusaha mengumpulkan kekuatan di hatinya, lalu kembali mendekati Lisa. Hal itu tentu membuat Lisa semakin ketakutan.

"Lisa-ya, lihatlah. Unnie terluka," ujar Jisoo yang tak mendapat respon baik dari Lisa. Tubuh adiknya itu tampak gemetar hebat.

"Lisa-ya, tatap mata Unnie. Di depanmu ini bukan orang jahat. Tapi aku, Jisoo Unniemu."

Jisoo berhasil menyentuh tangan Lisa tanpa penolakan. Kepala adiknya itu mulai mendongak, dengan mata memerah menatapnya. Ketakutan di sana mulai pudar, digantikan dengan tatapan bingung.

"J-Jisoo Unnie?" semuanya menghembuskan napas lega mendengar itu.

"Eoh, ini Jisoo Unnie. Dan Jisoo Unnie tak akan menyakiti Lisa." Mensengar kalimat Jisoo, Lisa mulai gelisah. Tangan gemetarannya melepaskan begitu saja pisau yang sudah menyebabkan Jisoo terluka.

Mata cokelat itu bergetar, lalu beralih memandang hampa pada lengan Jisoo. Disana darah masih mengalir, pertanda bahwa luka yang Jisoo dapat tidaklah kecil.

"A-Aku melukai Unnie. Aku anak yang bodoh. Aku yang jahat," ujar Lisa hendak memukul kepalanya sendiri.

Jisoo tentu langsung menahan kedua tangan adiknya. Merengkuh tubuh penuh keringat itu dalam dekapannya. Memberikan usapan pada kepala Lisa.

Mémoire ✔Where stories live. Discover now