Mémoire : 23. Cancel

12.5K 1.7K 257
                                    

Musim gugur mulai tiba di tanah Korea. Angin berhembus semakin dingin, membuat beberapa orang harus mengenakan pakaian tebal agar terhindar dari rasa dingin yang cukup menyiksa.

Tadi malam, Lisa dan ketiga saudaranya sudah sampai di Korea. Dan pagi ini Lisa harus pergi ke kampus untuk menghadiri ujian yang cukup penting untuk nilainya. Walaupun Hyunbin sudah tak menekannya lagi, tapi Lisa pun tak ingin nilai kuliahnya terbengkalai.

Dengan wajah yang masih menahan kantuk, Lisa keluar dari kamarnya. Berjalan dengan lesu menuju lift yang membantunya turun ke lantai dasar mansion. Sesungguhnya gadis berponi itu masih sangat lelah dan butuh waktu untuk tidur lebih lama. Tapi di satu sisi dia tak ingin mengabaikan kewajibannya sebagai mahasiswi.

"Lisa-ya?" mendengar namanya di panggil, Lisa segera berbalik. Tersenyum tipis melihat Rosé kini berjalan menghampirinya.

"Kau... Ingin pergi?" tanya Rosé ragu. Tatapan gadis berambut blonde itu juga tak seperti biasanya. Tapi Lisa tak tahu apa yang membuat Rosé seperti itu.

"Eoh. Aku ada ujian di kampus pagi ini." Jawab Lisa seadanya. Hendak kembali berjalan memasuki lift, namun tangan kakaknya menahan.

"Kau... Ingin ke kampus tanpa mengenakan celana?"

Lisa mengerjabkan matanya berkali-kali. Dengan ragu menunduk dan hanya bisa menelan saliva dengan susah payah ketika tak mendapati celana yang biasa menutupi kaki jenjangnya.

Pantas saja Rosé selalu menatap aneh adiknya sedari tadi. Sebenarnya penampilan Lisa sudah cukup rapi pagi ini. Menggunakan kemeja oversize dengan dalaman kaus berwarna kuning. Tas ransel yang berisi Macbook dan buku catatan, juga sepatu sneakers berwarna putih kesayangannya. Hanya saja, Lisa lupa untuk memakai celana jeans yang sudah dia letakkan di atas ranjang tadi.

"Ah, Unnie. Sepertinya aku harus mengambil celanaku." Dengan wajah memerah menahan malu, Lisa berjalan cepat kembali ke kamarnya. Dalam hati merasa cukup lega karena yang memergokinya adalah sang kakak.

"Aigo. Pasti dia masih sangat mengantuk." Rosé mengedikkan bahunya acuh, lalu kembali melangkah memasuki lift.

.........

Gadis berpipi mandu itu mengatur napasnya yang memburu. Berusaha untuk tidak berteriak di saat rasa sakit itu mulai menjalar ke seluruh tubuh. Membuat wajah cantiknya kini memucat dengan keringat dimana-mana.

"Ada apa denganku?" lirih Jennie bingung. Karena setelah sampai di mansion tadi malam, tubuhnya tampak tak baik-baik saja.

Rasa sakit di pinggang atas hingga punggungnya tak sedetik pun hilang. Dan pagi ini, Jennie harus dikejutkan dengan kedua kakinya yang membengkak. Membuat dia tak bisa turun dari ranjang hanya untuk sekedar buang air kecil. Alhasil, dia harus menahannya. Namun tentu itu tak berdampak baik untuk Jennie. Rasa sakit yang dia terima semakin menjadi.

"Jennie-ya? Kau merasa sakit, Sayang?" Yejin muncul dari balik pintu kamar Jennie. Wanita itu cukup khawatir karena Jennie tak terlihat di meja makan.

"Astaga! Kakimu bengkak lagi?"

Yejin terpekik melihat kedua kaki anaknya membengkak. Hingga suara keras itu membuat Hyunbin yang tak sengaja ingin lewat akhirnya masuk ke dalam kamar Jennie. Terkejut mendapati kondisi anak keduanya yang cukup memprihatinkan.

"Bisakah... Bantu aku ke kamar mandi?" tanya Jennie dengan suara gemetaran. Yang membuat Hyunbin dengan panik mengangkat tubuh anaknya untuk di bawa ke kamar mandi.

Setelah selesai buang air kecil, Hyunbin kembali membawa Jennie ke atas ranjang. Mengusap peluh anaknya dengan penuh kelembutan.
"Kita ke rumah sakit, hm?"

Mémoire ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ