Mémoire : 42. Cage

18.9K 1.8K 734
                                    

Lisa menutup pintu kamar itu perlahan. Meninggalkan Jennie yang sudah tertidur pulas karena kelelahan setelah menangis dan marah-marah, ditemani oleh Jisoo yang juga tak sengaja tertidur di sofa kamar karena lelah melihat adegan dramatis yang Jennie buat.

Ketika sudah seutuhnya berada di luar kamar Jennie, Lisa menatap penuh selidik ke arah Rosé.
"Kau menipuku, Unnie? Kau bilang kondisi Jennie Unnie sangat buruk. Tapi mengapa bisa pukulannya membuat bahuku sangat nyeri."

Rosé meringis mengingat kejadian tadi. Jennie mungkin terlalu marah sehingga memukul Lisa berulang kali. Dan hal itu tentu membuat Lisa merasa tertipu oleh keterangan yang didapat dari Rosé. Jennie memang sakit, tapi tak separah yang Lisa bayangkan.

"Bagaimana jika kau menemani Unnie mandi? Beberapa hari ini Unnie tidak mandi karena mencarimu." Ujar Rosé yang membuat Lisa menganga.

Gadis berponi itu memandang penampilan kakaknya dari atas hingga bawah. Pakaiannya memang tak bermasalah, tapi rambut yang berantakan serta kantung mata yang terlibat jelas membuat Rosé tampak buruk.

"Pantas saja sedari tadi aku mencium sesuatu yang busuk."

"Ya! Jangan kurang ajar! Badanku ini masih harum!" Pekik Rosè tak terima. Walau dia tak mandi beberapa hari, tapi dia sudah menghabiskan lima botol parfum.

Lisa membuka mulutnya. Hendak kembali menyahuti ucapan sang kakak. Namun ketika mendengar suara seseorang, tubuhnya menegang.
"Lisa-ya. Kau kah itu, Nak?"

Baru saja gadis itu berbalik badan, sudah ada pelukan yang membungkusnya erat. Yejin menangis terharu, dengan Hyunbin yang menatap bahagia kehadiran anak bungsunya kembali.

"Kau kemana saja, eoh? Tak tahu kah Eomma sangat khawatir?" Yejin meleaskan dekapannya. Menangkupkan wajah Lisa dengan kedua tangannya.

Dia benar-benar merasa senang bukan main. Rasa rindunya seketika menguap. Melihat wajah Lisa, perasaan Yejin menjadi damai. Ketakutan-ketakutan yang semula menghantui kini memudar.

"Maaf, Eomma. Aku hanya---"

"Ssstt~ Yang terpenting jangan ulangi lagi, hm?" dengan berat hati, Lisa mengangguk. Jika sudah begini, dia tidak bisa untuk keluar kembali.

.........

Lisa memang obat yang paling ampuh untuk semua rasa sakit Jennie. Buktinya, pagi ini dia sudah bisa mengikuti sarapan di meja makan mansion yang megah. Bersama dengan Jisoo, Rosé, dan orang tua mereka. Sedangkan Lisa memang sengaja tak mereka bangunkan karena tampak begitu lelah.

Hari ini pula, Jisoo masuk kembali ke kantornya setelah beberapa kali absen. Tapi ketika mendapatkan laporan melalui Sekretarisnya, Jisoo mendadak sakit kepala. Nilai sahamnya menurun drastis, dan gadis itu sudah siap mendengar semprotan dari Hyunbin seperti biasa.

Tapi sampai ayahnya itu selesai menyantap menu sarapan, tak ada tanda-tanda bahwa Hyunbin akan marah. Yang akhirnya Jisoo memutuskan untuk mengungkitnya sendiri.

"Appa, mengenai saham perusahaan yang turun. Aku minta maaf," ucap Jisoo sembari menunduk.

"Tidak masalah, Nak. Itu hal wajar dalam dunia bisnis." Mendengar jawaban Hyunbin yang cukup santai, Jisoo menganga. Dia tak tahu, jika Hyunbin berubah begitu banyak. Dia kira, jika masalah perusahann Hyunbin akan tetap keras padanya.

Tak mau kembali membahas masalah perusahaan, Jisoo memilih menyantap serealnya. Dan ketika teringat sesuatu, dia menatap Rosé yang kini sedang makan seolah tak diberi makan selama satu minggu.

"Chaeyoung-ah, bagaimana bisa kau menemukan Lisa?"

Rosé balas menatap sang kakak. Berusaha menelan makanannya karena saat ini mulut gadis itu sangat penuh. Tak mungkin dia langsung menjawab di saat seperti itu kan?

Mémoire ✔Where stories live. Discover now