Mémoire : 35. Fact

17.5K 1.9K 670
                                    

Di seumur hidupnya, baru kali ini Wendy melakukan sesuatu yang gila. Pergi ke rumah sakit pada waktu tengah malam. Dengan memakai piyama tidur dan wajah yang menahan kantuk.

Alasannya adalah karena dia baru saja mendapatkan balasan pesan singkat dari Lisa beberapa menit lalu. Padahal dia sudah mengirimkan pesan singkat untuk Lisa sedari pagi.

Membuka sebuah pintu ruang rawat dengan kasar, Wendy menarik napasnya sejenak. Lalu menatap tajam seseorang yang kini terbaring lemah di atas ranjang sembari menyengir lebar ke arahnya.

"Jangan tersenyum seperti itu padaku! Aku sedang marah padamu!" Sentak Wendy yang membuat Lisa berubah menjadi cemberut.

"Unnie, jangan berteriak pada seseorang yang baru sadarkan diri."

Wendy memutar bola matanya jengah. Memilih untuk duduk di samping ranjang tempat Lisa berbaring. Lalu, menatap dalam pada wajah Lisa yang kini dihiasi oleh sebuah nasal canula.

Gadis itu sungguh terkejut dengan apa yang baru saja dia ketahui. Tiga hari belakangan, padahal dia selalu berkomunikasi dengan Lisa melalui ponsel. Dan sekali pun Lisa tak pernah membahas tentang apa yang ingin dia lakukan hari ini. Hal besar yang jika Wendy tahu, dia akan melarang Lisa untuk melakukannya.

"Kau benar-benar tidak waras, Lisa-ya." Mendengar perkataan Wendy itu, Lisa justru tertawa pelan.

"Terima kasih atas pujiannya, Unnie." Balas Lisa dengan suara yang masih terdengar lemas.

Wendy tidak lagi menanggapi. Malah sibuk dengan pemikirannya sendiri. Ingin mencaci maki Lisa, namun dia harus tahu keadaan. Padahal, saat ini dia benar-benar marah. Jika dalam keadaan normal, pasti Wendy sudah membentak Lisa habis-habisan.

"Aku sudah menyelamatkan kakakku dari maut, Unnie. Seharusnya kau ikut senang karena aku tak akan kehilangan salah satu cahayaku." Ujar Lisa yang kini merubah suaranya menjadi lebih serius.

Dari raut wajahnya saja, Lisa tahu jika Wendy tak suka dengan keputusan sepihaknya ini. Tapi Lisa tak punya cara lain agar Jennie tetap bersamanya. Lagi pula, dia tak akan mati jika hidup hanya dengan satu ginjal.

"Bukannya orang dengan keadaan seperti itu memiliki keterbatasan? Bagaimana jika sewaktu-waktu kau lupa hanya memiliki satu ginjal? Kau bahkan bisa membunuh dirimu sendiri jika, Lisa-ya." Sahut Wendy frustasi. Dia benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran Lisa.

Wendy tahu, tak akan masalah jika seseorang hidup dengan satu ginjal. Walau memiliki banyak pantangan, mereka pasti akan menjaganya karena tak ingin sesuatu yang buruk terjadi. Tapi berbeda jika Lisa yang mengalaminya. Gadis itu memiliki penyakit yang bisa membuatnya lupa jika dia hanya memiliki satu ginjal.

"Bukankah tidak akan masalah jika aku mati, Unnie? Masa depanku sudah hancur. Tujuan hidup pun tak ada."

Lisa sudah putus asa. Wendy jelas mengetahuinya. Bahkan penyakit yang diderita Lisa ini seakan lebih parah dari penyakit mematikan mana pun. Penyakit Lisa ini, akan membuatnya sangat menyedihkan.

"Baiklah. Jika sudah seperti ini, aku akan memutuskan untuk membawamu tinggal bersamaku." Ujar Wendy akhirnya. Dia memang sudah tahu mengenai fakta bahwa Lisa pergi dari rumah. Dia juga tahu jika Lisa bertengkar dengan kedua kakaknya. Hanya saja, Lisa meminta Wendy untuk tidak ikut campur, saat gadis Son itu hendak menemui Jisoo.

"Lisa." Panggilan itu membuat Lisa yang semula hendak menyahut ucapan Wendy, seketika menoleh dengan kaget ke arah ambang pintu.

Gadis berponi itu merasa cukup kagum dengan Dokter Song karena masih berada di rumah sakit walau sudah tengah malam. Padahal gurat lelah itu sangat tampak di wajahnya.

Mémoire ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat