Mémoire : 12. Trophy

14.7K 1.8K 446
                                    

Ini sudah pukul sepuluh malam, tapi Jennie memutuskan untuk pergi ke kamar sang kakak ketika tak sengaja membuka sebuah portal berita online. Dimana pada portal berita itu tertera jika adik bungsunya memenangkan perlombaan tari kemarin. Tapi mengapa tak ada yang memberitahunya?

"Unnie!" Seruan Jennie itu mampu membuat Jisoo yang hampir menyentuhkan pantatnya di ranjang, seketika kembali bangkit.

"Waeyo, Jennie-ya? Kau merasa sakit?" tanya Jisoo khawatir. Setelah adiknya itu di vonis menderita penyakit gagal ginjal, Jisoo memang selalu mengkhawatirkan Jennie setiap saat.

"Kenapa kau tidak memberitahuku jika Lisa memenangkan kompetisi kemarin?"

Kening Jisoo mengerut. Dia bahkan masih ingat saat Lisa berkata jika kalah dalam kompetisi itu pagi tadi.
"Dia bilang kalah. Kau mendapatkan beritanya dari mana?"

Jennie langsung memberikan ponselnya pada Jisoo. Hingga sang kakak membulatkan matanya setelah membaca beberapa baris kalimat yang tertera. Disana pun terdapat foto, dimana Lisa sedang menerima sertifikat dan piala kemenangannya.

Selesai membaca berita itu, Jisoo mendesah kecewa karena mengetahui jika adiknya kembali berbohong. Tapi Jisoo sendiri pun merasa bingung. Untuk apa Lisa berbohong mengenai hal baik seperti ini? Lagi pula, kakak-kakaknya akan sangat senang karena Lisa menang.

"Kau tidak tau? Aku akan ke kamarnya sekarang." Jennie merebut ponselnya kembali. Berjalan keluar dari kamar Jisoo, dan akhirnya diikuti oleh sang kakak dari belakang. Karena kini, Jisoo pun ingin meminta penjelasan pada adik bungsu mereka itu.

Sesampainya di depan kamar milik Lisa, mereka justru terheran-heran mendapati seorang maid ingin memasuki kamar Lisa. Terlebih ada sebuah piala di tangannya.

"Bibi Oh? Kau ingin memasuki kamar Lisa?" Jennie menegur maid itu. Bukan karena tak suka, tapi dia hanya bermaksud menanyakan maksud sang maid yang hendak masuk ke kamar adik bungsunya.

"Nde, Nona. Aku hanya ingin mengembalikan piala ini." Tunjuk Oh Haeji pada piala berwarna gold yang ada di tangannya.

"Piala apa itu?" tanya Jisoo penasaran. Jika piala itu milik Lisa, kenapa harus ada di tangan Oh Haeji?

"Aku tidak tau, Nona. Kemarin, aku melihat Nona Lisa pulang dengan wajah gembira sembari membawa piala ini. Namun saat di ruang tamu, dia dihadang oleh Tuan Hyunbin. Nona Lisa dimarahi habis-habisan hingga Tuan Hyunbin membanting piala ini."

Oh Haeji menarik napasnya sejenak. Dia selalu merasa sesak ketika mengingat apa yang disaksikan oleh kedua matanya kemarin. Entah bagaimana hancurnya Lisa saat diperlakukan seperti itu oleh Ayahnya sendiri.

"Nona Lisa sebenarnya menyuruh Bibi untuk membuangnya. Tapi Bibi tak tega karena sepertinya ini sangat berharga untuk Nona Lisa. Jadi Bibi memperbaikinya." Mendengar penjelasan Oh Haeji, seketika tubuh kedua Kim itu melemas. Terlebih Jisoo yang semakin merasa bersalah.

Saat ini, pasti adiknya itu sangat tertekan. Belum reda rasa sakitnya akan perlakuan Hyunbin kemarin, ditambah dia mendengar kabar bahkan Jisoo pun ikut dimarahi oleh Hyunbin, lalu kini? Jisoo justru menambah beban di kepala Lisa dengan kemarahannya sendiri.

"Dia tidak ada di kamarnya." Jisoo menoleh pada Jennie yang entah sejak kapan sudah memasuki kamar Lisa dan kembali keluar.

"Sepertinya dia masih ada di kamar Rosé," beritahu Jisoo saat ingat terakhir kali dimana keberadaan adik bungsu mereka.

"Untuk apa dia ada di kamar Rosé?"

"Aku akan memberitahunya nanti." Setelah mengatakan itu, Jisoo melangkah lebar menuju kamar rosé yang tak jauh dari kamar Lisa.

Mémoire ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang