Mémoire : 33. Chocolate

15.7K 1.9K 830
                                    

Dokter Song mengusap wajahnya kasar setelah berhasil menghentikan kejang Jennie untuk kesekian kalinya bersama beberapa perawat. Bagi Dokter Song, Jennie bukan hanya sekedar pasien untuknya. Selain dia adalah anak dari mantan kekasih serta sahabatnya, Jennie juga adalah mantan kekasih anaknya yang cukup brengsek.

Song Hyekyo benar-benar menyayangkan sifat Song Mino yang hanya memandang wanita dari segi fisik. Padahal Dokter Song sudah menyayangi Jennie layaknya anak sendiri.

"Dokter, bagaimana ini? Nona Jennie hampir kehilangan seluruh fungsi ginjalnya."

Kepala Dokter Song sungguh berdenyut mendengar ucapan salah satu perawat yang membawa hasil kesehatan terakhir milik Jennie. Apakah dia harus gagal untuk menyelamatkan anak kedua Kim Hyunbin itu?

"Tolong pantau keadaannya. Aku akan keluar sebentar." Ujar Dokter Song pada beberapa perawat yang ada di sana.

Keluar dari ruang ICU, Dokter Song langsung diserbu oleh anggota keluarga Jennie yang tentu sedang cemas menunggu kabar terbaru mengenai kondisi Jennie.

"Keadaannya belum stabil. Tapi kejangnya sudah mereda." Ungkap Dokter Song yang sama sekali tak melegakan sedikit pun.

"Apakah donor untuk anakku belum tersedia?" pertanyaan penuh harap dari Hyunbin itu membuat Dokter Song seketika teringat sesuatu.

Tanpa menjawab pertanyaan Hyunbin, Dokter wanita itu berjalan tergesa pergi dari sana. Memasuki ruang kerjanya kembali, namun tak mendapati Lisa disana. Dan akhirnya, wanita itu memilih mengelilingi rumah sakit. Mengabaikan rasa dingin yang menyarang karena sudah menginjak waktu tengah malam.

Sampai langkah lelah itu berhenti di depan taman rumah sakit yang sepi dan hanya diterangi cahaya remang. Dokter Song melihat Lisa disana. Berdiri di bawah pohon sembari mendongak ke atas menatap dedaunan yang perlahan berguguran.

Pakaian serba hitam yang sangat mencolok, dengan cahaya remang-remah sungguh membuat bulu kuduk Dokter Song merinding. Dia tak habis pikir dengan Lisa. Padahal udara cukup dingin, tapi gadis itu memilih berada di luar.

"Lisa."

Lisa yang hendak menangkap selembar daun, tiba-tiba tersentak mendengar panggilan dari Dokter Song. Dia kira, ada hantu yang menyebut namanya karena ini sudah tengah malam.

"Ayo lakukan pemeriksaan untuk ginjalmu. Tapi, kita tak bisa melakukan operasi pada Jennie sekarang walau ginjal kalian cocok. Kita harus menunggu kondisinya stabil." Ucapan Dokter Song itu membuat senyum sedikit terbit di bibir Lisa.

"Baiklah, Dokter Song." Jawab Lisa yang seakan tak memiliki beban apa pun.

"Tapi, Lisa-ya. Aku tak bisa memprediksi kondisi kakakmu. Jika saja kakakmu terlebih dahulu---"

"Kakakku akan sembuh. Aku percaya itu." Ucap Lisa dengan cepat memotong kalimat Dokter Song. Karena sungguh, dia tak ingin mendengar sesuatu yang buruk tentang Jennie lagi.

"Jennie pasti bangga memiliki adik sepertimu."

Dokter Song mengacak rambut Lisa pelan. Menurunya, Lisa adalah sosok yang sangat jarang ia temui. Gadis itu seperti malaikat. Bahkan senyumannya saja menenangkan. Tak tahu bahwa di balik wajah cerah itu, tersimpan begitu banyak kerapuhan.

.........

Gadis itu merapatkan mantelmya karena angin pagi ini berhembus cukup kencang. Dalam hati menggerutu karena harus mendatangi kampus akibat paksaan dari kedua orang tuanya.

Rosé sudah cukup lama absen. Sejak kakaknya masuk ke rumah sakit, dia memang enggan memusingkan diri dengan pelajaran perkuliahan. Lagi pula, dia juga tak akan bisa menangkap pelajaran yang diberikan karena terus memikirkan Jennie.

Mémoire ✔Where stories live. Discover now