Mémoire : 2. Dandelion

18.8K 2.3K 470
                                    

Menjadi bahagia itu sebenarnya sangat sederhana. Melihat seseorang yang kita sayang tertawa saja, rasanya sudah sangat bahagia. Seperti yang Jennie rasakan saat ini. Melihat Jisoo dan kedua adik mereka sedang bersanda gurau di dalam gereta gantung itu. Melontarkan lelucon yang membuat tawa mengelilingi mereka.

Jennie bahkan sudah lupa, kapan terakhir kali mereka berlibur bersama seperti saat ini? Mungkin... Tujuh belas tahun lalu? Saat Lisa masih berumur tiga tahun. Dan pasti adik bungsunya itu tak mengingatnya sama sekali.

"Setelah ini kau ingin kemana?" tanya Rosé pada Lisa setelah tawa mereka terhenti.

"Saat perjalanan menuju kemari, aku melihat tempat yang bagus. Bagaimana jika kita kesana?" tanya Lisa antusias. Setelah menginjakkan kaki di negara bagian Eropa ini, gadis berponi itu memang selalu bersemangat. Dia tak mau menyia-nyiakan waktu dua minggu yang diberikan oleh Ayahnya.

"Baiklah--"

"Awh~" Ucapan Jisoo seketika terhenti saat mendengar suara ringisan yang datang dari sampingnya. Tampak olehnya Jennie kini sedang menyentuh kening yang tiba-tiba berdenyut.

"Unnie, gwenchana? Sudah kuduga kau pasti sedang sakit." Lisa berkata dengan khawatir. Pagi tadi saat mereka bangun, Lisa memang sudah merasa jika kondisi Jennie sedang tidak baik. Terlihat dari matanya yang membengkak dan wajahnya yang pucat. Tapi kakak keduanya itu terus mengelak.

"Apakah kereta ini masih lama turunnya?" gerutu Rosé yang mendadak menjadi kesal karena kereta gantung yang mereka naiki tak kunjung menyudahi perjalanan mereka. Padahal sebelumnya, dia sangat menikmati pemandangan yang terpampang indah.

"Aku tidak apa-apa. Hanya sakit kepala sedikit." Ucap Jennie menenangkan ketiga saudarinya yang terlihat berlebihan. Apalagi sekarang Jisoo sudah mulai memijat keningnya.

"Sudah Unnie bilang untuk makan dengan baik. Saat sarapan tadi kau bahkan hanya memakan beberapa suap." Jisoo mulai mengomeli Jennie. Hal ini memang selalu dia lakukan jika salah satu adiknya jatuh sakit.

"Unnie, hubungi Paman Lee untuk bersiap-siap mengantar kita pulang." Ujar Lisa pada kakak pertamanya. Dengan tangan sibuk mengusap tangan Jennie yang terasa sedikit panas.

"Aniya, Lisa-ya. Bukankah kita ingin pergi ke suatu tempat? Unnie tidak apa--"

"Lisa, kau pergilah bersama Rosè. Biar Unnie yang menjaga Jennie di rumah." Potong Jisoo yang membuat Jennie bungkam.

"Tapi--"

"Jisoo Unnie benar. Kalian harus menikmati liburan ini. Besok, kita akan berjalan-jalan bersama lagi." Kali ini Jennie menyetujui keputusan Jisoo. Dia berpikir, jika memilih memaksakan diri untuk ikut. Justru bukan tawa yang mereka dapatkan. Karena ketiga saudarinya pasti akan terus dihantui oleh rasa khawatir.

.........

Sesampainya di rumah berlantai dua itu, Jennie langsung memasuki kamarnya dan Lisa. Duduk di pinggir ranjang dan membuka sepatu sneaker yang semula membalut kedua kakinya.

Namum gadis berpipi mandu itu terkejut saat mendapati kaki kanannya membengkak. Membuat dirinya mendesah kesal. Pantas saja rasanya sangat tak nyaman sedari tadi saat dia sedang berjalan.

"Kakimu bengkak?" suara terkejut itu membuat Jennie menoleh. Mendapati Jisoo yang datang sembari membawa jus buah segar di tangannya.

"Saat perjalanan kemarin, aku menggunakan high heels." Beritahu Jennie yang merasa menyesal karena memilih menggunakan sepatu menyakitkan itu dibandingkan memikirkan kenyamanannya.

Semenjak kedua adiknya beranjak dewasa, Jennie maupun Jisoo memang sering sekali memggunakan sepau dengan hak tinggi. Alasannya, karena tinggi badan kedua adik mereka lebih tinggi. Menurun dari Hyunbin. Sedangkan Jisoo dan Jennie harus rela sedikit pendek dibandingkan Rosé dan Lisa karena menurun dari Yejin.

Mémoire ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang