Mémoire : 28. Dissapointed

13.3K 1.7K 413
                                    

Pepatah mengatakan, jika kau melakukan satu kesalahan maka seribu kebaikanmu akan dilupakan. Hilang bak debu yang melebur dengan angin. Yang tersisa hanyalah kekecewaan akibat kesalahanmu.

Tapi, Lisa memang mengakui jika kesalahannya saat ini amatlah besar. Dia hampir membunuh Jennie karena kelalaiannya. Wajar jika Jisoo, Rosé bahkan ayahnya merasa marah.

Gadis itu berusaha untuk tegar dan menutupi ketakutannya. Namun setiap membayangkan wajah kecewa mereka, Lisa selalu ingin menangis. Padahal, berkali-kali Lisa sudah meminta maaf. Tapi mereka seakan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menerima permintaan maaf Lisa.

"Sayang," Yejin datang. Berjongkok di hadapan Lisa yang kini duduk di atas kursi tunggu rumah sakit sendirian.

"Eomma membelikanmu sepatu. Kenapa sampai tidak memakai alas kaki, hm?" tanya Yejin lembut. Mulai membuka kotak sepatu yang dia bawa. Mengeluarkan alas kaki itu dan memakaikannya untuk Lisa.

"Lihatlah, kakimu berdarah." Yejin mendongak setelah mendapati luka di telapak kaki anaknya. Meminta penjelasan mengapa luka itu bisa tercipta.

"Aku... Lupa memakai alas kaki."

Lisa sekarang merasa benar-benar kacau. Semua kesalahannya hanya memiliki alasan yang sama. Yaitu lupa. Alasan yang mungkin tak bisa dipercaya. Lisa pun menyadarinya. Dan rasanya amat pantas jika kini semua orang marah.

"Eomma, mianhae. Aku sudah membuat kondisi Jennie Unnie memburuk. Tapi sungguh, aku benar-benar lupa. Aku tidak berbohong." Kedua mata Lisa memerah saat mengatakan itu. Dia tak tahu lagi bagaimana caranya agar orang-orang percaya. Padahal, yang Lisa katakan memang benar. Dia lupa, bukan berbohong.

"Eomma percaya, Sayang." Sahut Yejin sembari mengusap setitik air mata Lisa yang mengalir. Lalu kembali memasangkan sepatu di kaki putrinya itu.

Setelah selesai, Yejin berpindah duduk di samping Lisa. Menatap wajah berantakan anak bungsunya itu. Putri yang Yejin tahu memiliki ketakutan berlebihan, hingga membuat wanita itu selalu khawatir terhadap putri bungsunya.

"Kau... Apakah baik-baik saja, Lisa-ya?"

Yejin adalah seorang ibu. Seseorang yang akan peka terhadap kondisi anaknya walau disembunyikan serapat mungkin. Dan tentu wanita itu merasa aneh dengan perilaku Lisa beberapa waktu belakangan. Dimana sering sekali Lisa melupakan hal tertentu.

"Tentu saja, Eomma." Jawab Lisa yang berusaha menerbitkan senyumannya.

Yejin terdiam sejenak. Memikirkan berbagai hal yang telah dia lalui mengenai sifat pelupa Lisa akhir-akhir ini. Dan semua itu rasanya cukup tak wajar. Tapi sampai sekarang, Yejin benar-benar bingung dengan penyebab perilaku anak bungsunya tersebut.

"Eomma mohon, jangan membuat Eomma khawatir." Ucap Yejin yang tentu membuat Lisa bingung.

.........

Ketika pertama kali membuka matanya, Jennie tak bisa menahan ringisan karena rasa sakit yang memenuhi tubuhnya. Jisoo yang ada di samping ranjang Jennie pun segera meraih tangan sang adik dan menggenggamnya lembut.

"U-Unnie, S-Sakit." Jennie merintih dengan air mata yang mengalir. Membuat Jisoo semakin di landa kekhawatiran.

"Unnie ada disini, Jennie-ya. Sakitnya hanya sebentar. Percaya pada Unnie, eoh?" ujar Jisoo lembut, sembari mengusap peluh yang ada di dahi adiknya.

Kondisi Jennie saat ini begitu memprihatinkan. Setengah wajahnya kini tertutupi oleh masker oksigen. Beberapa kabel dan selang juga terpasang di tubuh mungil itu. Entah bagaimana rasa sakitnya, Jisoo tak ingin membayangkan itu semua.

Mémoire ✔Where stories live. Discover now