Mémoire : 32. Meet

15.6K 1.8K 548
                                    

Hoseok dan Lisa bersama menghempaskan diri ke atas sofa dengan rasa lelah yang mendera setelah selesai membereskan apartement baru milik Lisa yang cukup luas untuk satu orang penghuni itu.

Sebenarnya, Lisa ingin membayar orang untuk membereskan tempat tinggalnya itu. Tapi Hoseok tiba-tiba menawarkan dirinya untuk membantu Lisa. Walaupun akhirnya pria itu yang lebih banyak bekerja dari pada si pemilik.

"Kenapa tiba-tiba pergi dari rumah, Lisa-ya? Kau nemiliki masalah?" tanya Hoseok yang sudah menahan rasa penasarannya sedari tadi.

Jika alasan Lisa adalah karena ingin hidup mandiri, gadis itu pasti akan membawa serta barang-barang dan pakaiannya yang ada di mansion. Tapi anehnya, Lisa tak membawa apa pun selain dompet, ponsel, dan pakaian yang dia kenakan sekarang. Gadis itu justru meminta Hoseok untuk mengantarkannya membeli beberapa barang dan pakaian baru tadi.

"Igeo---"

Ting~

Lisa memilih menghentikan ucapannya saat mendengar suara ponsel berdering sekali. Suara itu berasal dari benda pipih milik Hoseok yang ada di atas meja.

"Ige mwoya? Kenapa Seulgi bilang kau keluar dari agensi?" Hoseok bertanya dengan wajah terkejut setelah membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh Seulgi. Dia memang sedang libur hari ini, jadi tak tahu apa pun yang terjadi di kantor.

Lisa bingung harus menjelaskan pada Hoseok seperti apa. Dia tak ingin jujur, tapi pasti lelaki itu akan tahu ketika Lisa berbohong. Karena siapa pun tahu, Lisa adalah bungsu yang selalu disayang. Keluar dari rumah tanpa alasan rasanya tak mungkin. Terlebih kini lelaki itu tahu jika Lisa keluar dari pekerjaannya juga.

"Aku akan memberitahumu nanti, Oppa. Tapi, bisakah kau rahasiakan ini dari siapa pun? Aku sungguh percaya padamu, Oppa." Ujar Lisa memelas. Tentu Hoseok tak tahan melihat tatapan itu dan memilih mengangguk saja.

"Tapi jika kau kesulitan, langsung beritahu aku. Kau tahu kan aku sudah menganggapmu sebagai adik sendiri?"

Lisa menyetujui ucapan Hoseok. Setelah mengistirahatkan tubuh yang semula terasa lelah, dia mulai bangkit berdiri dan menyambar jaket baru yang tadi dibelinya bersama Hoseok.

"Bolehkah aku menumpang mobilmu sekali lagi, Oppa? Aku ingin mengunjungi kakakku yang di rawat."  Pinta Lisa yang membuat Hoseok ikut bangkit.

Jarak apartement baru milik Lisa teranyata cukup jauh dari rumah sakit yang kini merawat Jennie. Mereka bahkan membutuhkan waktu hampir satu jam untuk sampai. Terlebih karena terhalang kemacetan ibu kota di malam hari seperti ini.

"Kau yakin tak ingin aku tunggu?" tanya Hoseok memastikan. Lisa menyuruhnya untuk pulang saja dan membiarkan Lisa pulang sendiri nanti.

"Disini banyak angkutan umum, Oppa. Kau jangan khawatir." Jawab Lisa yang kini sudah benar-benar keliar dari mobil Hoseok.

"Hubungi aku jika sudah kembali ke apartement, eoh?"

Lisa mengangguk patuh. Setidaknya mampu membuat Hoseok merasa tenang dan memilih kembali menginjak pedal gas mobilnya. Meninggalkan area rumah sakit yang didatangi Lisa itu.

Sebelum masuk ke dalam gedung menjulang tinggi itu, Lisa menghela napas terlebih dahulu. Lalu memasang tudung jaket hitamnya. Kedatangan Lisa tentu akan mendapatkan penolakan dari kedua kakaknya. Jika mereka ada disana, Lisa hanya cukup melihat mereka dari kejauhan. Keberadaannya disini memang hanya untuk mengetahui kondisi sang kakak, tak lebih.

Tapi setelah bertanya pada pegawai resepsionis rumah sakit, kedua kaki Lisa seakan tak mampu lagi berpijak. Dunianya berputar secara acak, hingga Lisa harus mencari penyangga agar tak tersungkur ke lantai.

Mémoire ✔Where stories live. Discover now