Pilihan

2K 194 5
                                    

“Dokter Reno?” Renata menatap tidak percaya pada pria berjaket coklat di depanya. Ia barusan saja turun dari lantai dengan wajah gusar. Jonatan dan Febi bermesraan di depannya dan dengan sengaja sang Bos mengedipkan mata ke arahnya. Pemandangan itu membuat Renata jijik.

“Hay, Ren.” Reno tersenyum lebar ke arahnya.

“Ngapain ke sini?”

“Nyolong berkas penting,” canda Reno masih dengan senyuman manisnya.

“Aku serius?”

Reno tertawa. “Menurut kamu emang gimana?”

“Hm, kayanya ada printer yang demam sama komputer yang kurang enak badan.”

“Ngawur!” desis Reno, matanya mengerling ke ruangan konsultasi.

“Ah, mau daftar asuransi kan? Mau aku anter?” kata Renata serius.

“Boleh. Sama kamu kan konsultasinya?”

“Enggak dong, aku kan cuman cleaning service.” Bahu Renata terangkat melihat rupa Reno yang berubah.

“Kata Sam, kamu bagian konsultasi, bukan cleaning service.”

Renata menggelengkan kepala dengan mulut ternganga. “Nggak, nggak! Sam mulai nggak benar! Ngapain dia nipu status aku di sini? Masa cuman buat ... kamu ke sini mau ngeliat pekerjaan aku?” Renata menekan dagunya ke leher agar suaranya tidak terdengar serak. Sedangkan kedua tangannya terkepal di kedua sisi. “Aku harus nelpon Sam sekarang!”

“Aku bercanda!” cegat Reno cepat.

Bahu Renata yang tegang lemas seketika. “Kamu bilang becanda? Lucu ya, aku sampe mau nangis.”

“Sory, sory!” bujuk Reno, “selera humor aku buruk banget.”
Renata berusaha tersenyum. Namun, yang muncul hanya lekukan patah. Reno menyentuh bahunya, rasa bersalah jelas terpajang di wajah rupawan itu.

“I’m realy sory, Na,” katanya lagi.

“Hm,” balas Renata, “aku ke belakang. Ruangan konsultasi ada di sana.” tangan Renata mengarah ke pintu kaca di bagian kanan tanpa melihat wajah Reno lagi.

“Renata, please! Aku minta maaf, ok?”

“Nggak tulus!” cecar Renata sembari memutar kakinya siap melangkah.

“Hey!” cegat Reno. “Aku serius.”

Renata masih membuang muka. Sentuhan kuat menekan bahunya lalu memaksanya berbalik. Jonatan.

“Cewe ini bikin masalah?” tanya Jonatan pada Reno.

“Nggak kok, cuman  salah paham aja,” terang Reno kembali tersenyum.

“Tapi aku lihat barusan, wajah kamu kaya nggak suka gitu. Terus terang aja, nggak apa-apa.”

“Benaran nggak apa-apa,” bantah Reno, nadanya terdengar meyakinkan.

“Renata minta maaf!” Jonatan mendelik ke arah Renata.

Renata menarik napas hingga bahunya terangkat. Berdebat artinya pembicaraan ini akan bertambah banyak.

“Maaf!” ucapnya pelan.

“Itu nggak tulus!” Jonatan menghakimi.

“Dokter Reno, saya minta maaf kalau perlakuan saya barusan sudah membuat dokter tidak nyaman dan merasa terusik .... ”

“Itu nggak perlu,” potong Reno cepat. “Tadi aku yang salah.”

Jonatan menyilangkan tangan di dada. “Renata Patricia Dior, SP tiga.”

𝙊𝙝 𝙂𝙊𝙙, 𝙃𝙚'𝙨 𝙈𝙮 𝙀𝙭 ( 𝙀𝙉𝘿)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt