Rumit

1.5K 157 3
                                    

“Bantuin dong, Sam!” Renata menatap sahabatnya penuh harap, tadi ketika menghantam Jonatan, dia tidak merasa bersalah, sekarang hatinya teraduk-aduk oleh rasa bersalah pada Reno, bagaimana kalau dia malu melihat kekasihnya yang bertampang biasa menghantam pria dari kalangan berada, lupakan dulu dia siapa. Reno pasti akan sangat malu mendengar penuturan dari orang-orang mengenai dia apa lagi ada banyak saksi mata.

Sam menatapnya galak. “Makanya lain kali kalau mau ngelakuin sesuatu mikir dulu. Sekarang kita temuin Reno, ngomong sama dia sebelum orang lain yang ngasih tahu. Dia tahu soal Setan yang udah mempermalukan kamu di depan orang banyak itu?”

Renata menggelengkan kepalanya. “Aku belum ceritain, beside, Slender Man itu masa lalu aku. sekarang aku sedang merajut masa depan dengan my cute angel in the world.” Renata membuka kedua tangannya lebar menengadah ke angkasa.

Sam menarik tanganya lagi. “Cukup sandiwaranya, sekarang kita temuin Reno. Ngomong!”

Senyuman di bibir Renata seakan tersedot ke lubang hitam terempas ke dunia pararel. Tubuhnya terguncang kasar sembari mengikuti tarikan tangan Sam. “Wait! Kalau Reno ngeliat aku kaya Avril Lavingne gini bisa langsung diputusin aku!”

“Renataaaaaaa. Otakmu itu nggak pernah waras dari dulu! Dengarin, kalau Reno sayang banget sama kepala kamu yang sekrupnya nggak pernah benar, dia bakalan nemerima kamu apa adanya, sekarang kamu hanya perlu takut sama satu hal, Reno nggak maafin kamu karena bertindak di luar batas. Ayo!”

Jantung Renata bergetar hebat, menemui Reno seakan masuk ke dalam ruangan persidangan sebagai terdakwa pembunuhan. Mungkin dia tidak seharusnya merasa demikian buruk, tekanan dari Sam merunyamkan suasana.

Reno tengah bertugas, jadi mereka menumuinya di halaman rumah sakit. Benar sekali, Reno menatap Renata dari ujung rambut hingga ujung kaki. Bibirnya terkulum, dengan mata mengecil, kedua tangan masuk ke saku jas dokter, ia jadi terlihat penuh misteri.

Renata meraih tangan Sam meremasnya sampai pria itu meringis. “Tadi aku kan udah bilang, aku nggak bisa datang dengan penampilan kaya begini!” bisik Renata.

“Kalian kenapa sih, kaya habis ngemutilasi orang,” ucap Reno tanpa senyuman.

“Honestly, aku datang untuk membuat pengakuan!” Renata melepas tangan Sam serentak, dia menatap Reno dengan mata berbinar, berharap pria bergigi takar itu tersenyum, sayangnya Reno tidak bergeming. “Aku udah mukul orang, i know, aku salah aku punya alasan.”

Reno mengeeng-geleng perlahan sekarang wajahnya berubah datar.

“Saaaaaaammmm!” Renata beralih ke sahabatnya membuka tanganya lebar, siap untuk sebuah pelukan.

“Eh, eh apa-apaan!” Reno mendekati Renata menarik kerah jaketnya. “Pacar kamu aku, sayang!”

“Tapi kamu nyebelin!” Renata melepas tangan Reno menatapnya tajam.

“Maaf, abis aku terpukau dan nggak tahu mau ngomong apa.”

“Sam, kamu percaya itu barusan terpukau?”

Sam membuka mulutnya, tangan Reno melayang di udara, memberi kode agar Sam menutup mulutnya.

“Jangan belain dia!” tahan Reno. Dia melingkarkan tangan di bahu Renata, mencubit pipinya gemas.

“Jadi dimaafin enggak?”

“Pasti ada alasan kamu ngelakuin itu kan? Aku percaya sama kamu, udah jujur aja aku senang.”

Mata Renata berkaca-kaca, suara Reno indah mengalun di telinga. Dia memeluk kekasihnya erat.

“Kok, nangis?” Reno memegang kedua pipi Renata.

𝙊𝙝 𝙂𝙊𝙙, 𝙃𝙚'𝙨 𝙈𝙮 𝙀𝙭 ( 𝙀𝙉𝘿)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ