War

1.7K 173 1
                                    


“Nah ini berkas yang harus kamu bawa.” Ayu menyodorkan berkas bertumpuk pada Jonatan. Renata tidak tahu hendak ke mana sang Bos hari ini. Hari ini dia luar biasanya rapi, rambutnya ditata rapi ke belakang dan tersisa beberapa helai di kedua pelipis. Ia menggunakan jas hitam formal, kemeja putih dan dasi merah.

Renata menyelesaikan sentuhan terakhirnya di meja kaca sebelum keluar dari ruangan Jonatan, sia-sia saja dia datang lebih awal, Ayu dan Jonatan  tiba jauh lebih awal dari dia.

“Mata aku sakit banget,” keluh Jonatan.

Renata berbalik melihatnya, dia tengah menutup mata kirinya dengan tangan.

“Kenapa?” Ayu was-was.

“Kelilipan kayanya. Renata tuh bersiin ruangan setengah hati,” tuding Jonatan.

Bahu Renata terangkat, sepagi ini darahnya sudah mendidih. “Sinih!” tanganya bergerak meminta Jonatan mendekat dengan wajah mengembung.

“Becanda,” ralat Jonatan menyadari kemarahan teramat jelas di wajah sang gadis.

“Nggak lucu!” desis Renata kesal.

Jonatan mendekat ke arah Renata, menunduk sampai wajah mereka begitu dekat. “Tolong liatin, keknya ada sesuatu di mata aku.”

“Kenapa aku?” Renata melompat mundur.

“Renata, jangan kebanyakan drama deh!” omel Ayu di sebelah mereka berdua. Cepat sekali dia terbiasa dengan kelakuan ganjil dua anak muda di depannya.

Renata menahan napas serta memicingkan mata menelusuri bola mata hitam Jonatan. Sehelai bulu mata di ujung mata sebelah hidung tertancap. Jari telunjuknya terangkat siap mengeluarkan bulu mata nyasar itu. Namun, kemudian dia berhenti.

“Aku yang keluarin?”

“Iya lah! Cepatan, sakit nih!” keluh Jonatan.

“Karma kali ya,” celetuk Renata.

“Minta di ....”

“Enggak, enggak!” potong Renata cepat. Perlahan tanganya mengarah ke bola mata Jonatan. “Jangan merem dong!” protes Renata saat Jonatan mengatup kelopak mata. “Tahan kelopak matanya dari atas!”

Jonatan menggunakan kedua tangan menarik kelopak matanya dari arah jidat, terpaksa Renata menggunakan tangan kirinya untuk menarik bagian bawah mata, lalu mengeluarkan bulu mata. Susah sekali memfokuskan pandangan pada mata yang kini berair, pengalaman seperti ini sudah pernah terjadi, dulu di bukit ilalang. Bedanya dia yang kelilipan debu, Jonatan meniup matanya dan kemudian momen ciuman pertama terjadi.

“Nah udah!” Renata menyambar tisu di meja menyodorkannya ke arah Jonatan agar dia menyeka tetesan air mata yang keluar.

“Sekaligus aja.” Jonatan tersenyum manis pada Renata.

Renata membalas senyuman itu, dia tidak menyeka jejak air mata malah menekanya kuat ke pipi Jonatan sampai si jangkung itu terkejut.

“Wah, mulai nih.” Jonatan memegang pipinya sekilas lalu dengan cepat menangkap pinggang Renata. “Kamu ingat kan ... our first kiss.”

“Nope!” Renata menggelengkan kepala keras-keras.

“Liar!”

“So, kalau aku ingat what’s the matter?”

“Something,” bisik Jonatan.

Ayu batuk dengan suara besar berulang kali. Renata menyadari kode untuk memisahkan diri, tetapi Jonatan tetap memegang tubuhnya erat.

𝙊𝙝 𝙂𝙊𝙙, 𝙃𝙚'𝙨 𝙈𝙮 𝙀𝙭 ( 𝙀𝙉𝘿)Where stories live. Discover now