Pria Penganti

1.7K 171 3
                                    

“Ternya aku cantik juga,” gumam Renata mengagumi bayangannya sdi depan cermin setelah memoles dandanan. Ia mengenakan gaun putih baru khusus menemani Reno kondangan hari ini, gaun putih dengan taburan kecil mengkilap model sabrina. Rambutnya dibuat seperti biasa, ala penari balet dengan tambahan aksesoris mahkota romawi kuno.  “Coba kalau nambah tinggi lima senti aja.”

“Gitu udah pas kok,” Sela muncul membawakan sepatu high hels untuk adik iparnya. “Kamu nggak di jemput?”

“Sebenarnya, tapi karena dokter Reno mau ketemuan dulu sama satu pasiennya, nanti ketemunya di depan tempat pesta biar nggak buang-buang waktu.”

“Loh cowo kok gitu,” decak Sela.

“Aku yang ngusulin, dia mah maunya ngejemput sih.”

“Aku nggak pernah ngerti jalan pikiran kamu, Na. Udah sana berangkat.”

Renata mengangguk, dia menyambar tas yang warnanya senada dengan warna bajunya di nakas lalu mengecup kening Farlan. Taxi online pesanannya sudah menanti di jalan.

“Bentar lagi aku sampai, kamu benaran nunggu di depan gerbang kan?” Renata menelepon Reno memastikan jika pria itu sudah sampai satu menit lebih awal agar dia tidak menunggu kikuk di tempat asing.

“Baru aja aku sampai,” jawab Reno, “kamu udah dimana?”

Renata menengok keluar jendela taxi, lalu berpaling ke sopir karena tidak mengenali jalanan di luar. “Berapa menit lagi, Pak?”

“Dua menit lagi sampai,” ucap sang sopir.

Renata mengulangi ucapan sang sopir pada Reno, memintanya bersabar atas keterlambatan yang sengaja dia lakukan.

Reno berdiri gagah dengan jas putih di depan gerbang hitam yang di apit tanaman rambat hijau dengan pakaian serba putih, dia kelihatan gelisah karena terus melirik jam di tangan. Pernikahan sahabat Reno itu diadakan di tempat out door, vila sewaan yang biasa dijadikan acara pernikahan. Renata pernah sekali mendatangi tempat itu sewaktu SMA,  kepalanya sudah nyaris lupa akan hal itu. 

Renta turun dari taxi, sengaja dia meminta sopir taxi mundur lagi satu meter, ia turun dan mengendap berjalan ke arah sang dokter, berniat mengejutkannya.

“Aduh!” jeritnya, tumit sepatunya tersangkut pada lubang penutup selokan. Reno berbalik, gagal sudah rencana jahatnya.

“Tolongin,” pinta Renata menahan malu. Sial banget sih aku, runtuknya dalam hati.

“Kok bisa?” Reno meletakan kedua tangan di pinggang, wajahnya mengerut memperlihatkan tanya.

“Ya, udah kalau nggak mau, balik nih!” gerutnya kesal.

Reno mendekatinya lalu melingkarkan tangan Renata ke bahunya, perlahan dia melepaskan kaki  gadis itu dari sepatu lalu mencabut sepatu yang tersangkut itu.

“Makasih, dokter.” Renata memberikan senyuman lebar nan tulus pada Reno sudah menyelamatkannya dari rasa malu teramat sangat.

“Sama-sama. Yuk masuk! Oh ya, pasang mata kamu baik-baik ada banyak lubang di dalam sana.”

Renata hanya mendengus, Reno kembali tersenyum menunjukkan gigi gisul manisnya.

“Dia nggak muji aku?” tanya Renata dalam hati, “ah, bedak aku pasti udah luntur. Oh My God, secepat itu?”  Tanganya menyentuh pipi.

“Kok bengong?” tegur Reno.

“Dandanan aku luntur ya?” Renata diserang panik berlebihan.

Reno mendekati Renata menggeser rambut yang jatuh di jidat sang gadis. “Menor.”

“Hah? Aku pulang aja deh!” ringis Renata.

𝙊𝙝 𝙂𝙊𝙙, 𝙃𝙚'𝙨 𝙈𝙮 𝙀𝙭 ( 𝙀𝙉𝘿)Where stories live. Discover now