Sesuatu Yang terlewatkan

1.4K 135 2
                                    

Renata menarik kursi kantin rumah sakit, wanita yang mengajaknya sudah lebih dahulu duduk dan kini membenamkan kepalanya dalam lipatan tangan. Renata duduk perlahan, mulutnya kaku guna mengawali percakapan dengan wanita yang baru dia temui.

“Maaf, saya mungkin mengganggu,” kata Wanita di depan Renata. Tanganya sudah menjadi penopang dagu. Netranya berkaca dengan bahu naik turun memburu. “Saya Ibu Reno.”

“Ah!” pernyataan itu membuat Renata tercengang sekaligus senang. “Senang bisa bertemu dengan tante.”

Hening akibat kecanggungan melilit selama satu menit.

“Terima kasih sudah mau menemani Reno semalaman,” ucap Ibu Reno, kali ini dia menatap wajah Renata.

“Tidak masalah.”

“Saya akan sangat bahagia memiliki menantu seperti kamu, Renata.”

Renata menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Tante terlalu cepat menilai saya.”

“Reno sering sekali menceritakan tentang kamu. Saya senang dia bisa melupakan masalah Ayahnya dan juga melupakan Wanda. Terima kasih sudah membuat dia hidup kembali.”

Renata hanya bisa menatap wanita di hadapannya tanpa bisa merangkai kata. Rasanya dia tidak ikut andil terlalu banyak dalam kehidupan Reno.

“Rasanya baru kemarin saya mendengarkan dia tertawa di telepon,” Ibu Reno kembali berbicara, “tetapi, malang sekali nasib Reno. Kenapa penyakit sialan yang kami kira mati kembali menampakkan diri,” isak Ibu Reno, dia kembali membenamkan diri ke dalam lipatan tangan.

Renata berdiri, duduk di samping Ibu Reno memberikan pelukan. Air matanya mengalir begitu saja. Dia tidak tahu harus bicara apa, hatinya juga terluka, dia tidak tahu penyakit yang diidap Reno, semua orang telah menjadikannya rahasia bagi dia, mungkin ada sebuah alasan yang nanti bisa dia terima.

“Renata, bisa tidak kamu membujuk Reno melakukan pengobatan di Amerika, bersama ayahnya?”

Renata menurunkan tanganya perlahan, hatinya seketika menolak.

“Maaf, saya tidak bisa melakukan itu, keputusan Reno ada di tangannya sendiri.”

“Renata, tolong lah, ini demi Reno sendiri dan kamu! agar hubungan kalian jauh lebih lama!”

Renata menyeka air matanya, kepalanya berdegung, sekarang fakta apa lagi yang dia terima?
****

Renata berdiri sendirian di luar rumah sakit, menangis.

Hatinya tenggelam di dasar samudra, sesak mengikat, tidak bisa bernapas dengan baik. Tubuhnya seolah terperangkap dalam kubah es, dalam getaran kedinginan menanti pembekuan secara keseluruhan. Air mata runtuh mengaliri pipi, bagian dari kesedihan yang tidak bisa dia ungkapkan.

Angin berembus, dia merasa seperti daun terakhir pada pohon mapel saat musim gugur, jatuh tanpa harapan serta tanya tanda besar di kepala. Apa yang harus dia lakukan? Ke mana dia harus melangkah?

Dunia perlahan menghilang dari kedua matanya, luka memanah hati detik-demi detik, hingga makin lebar.

Mengapa jalannya harus demikian bergelombang, dia baruh lepas dari patah hati, cinta yang dia yakini bertahun-tahun, ketika menemukan orang yang tepat, ini pula yang terjadi?

Sepasang tangan dari dua manusia berbeda terulur pada Renata, satunya berbaju putih dan satunya lagi lengan jaket hitam.

Kepala Renata berkedut, air mata kembali mengaburkan pandangannya, kapan kesedihan ini berakhir?

“Biar aku yang bawa Renata,” suara Sam tertangkap kepala Renata.

“Biar aku bantuin,” terdengar sedikit pemaksaan dalam suara Jonatan.

𝙊𝙝 𝙂𝙊𝙙, 𝙃𝙚'𝙨 𝙈𝙮 𝙀𝙭 ( 𝙀𝙉𝘿)Where stories live. Discover now