33. KEBAHAGIAAN RAIN

664 76 0
                                    

"Rain sebenarnya ada sesuatu yang ingin Papa sama Mama omongin," ujar Raga.

"Apa itu?" tanya Rain penasaran. Ia menata Papanya yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Mama sama Papa mau rujuk." Raga melebarkan senyumannya.

Ini adalah hal yang sedari dulu Rain inginkan. Bukannya tersenyum, Rain malah menitikkan air matanya. Gadis itu membuat kedua orang tuanya kebingungan.

Suara isakan tangis Rain mulai terdengar. Bahunya bergerak naik turun.

"Rain," panggil Sarah lembut. "Rain nggak suka Mama sama Papa mau rujuk?"

Raga memperhatikan putrinya. Melihat putrinya menangis seperti ini membuatnya merasa tidak pantas menjadi seorang Ayah. Berkali-kali ia melihat Rain menangis dan hal itu selalu membuatnya dihantui perasaan bersalah.

"N-nggak. Rain bahagia banget. Rain cuma terharu aja tapi kebablasan nangisnya," jawab Rain sembari menghapus air matanya membuat Raga tertawa kecil melihatnya.

Ada-ada saja pikir Sarah. Tanpa berpikir lama, Sarah menarik Rain ke dalam pelukannya.

"Sekali lagi Mama minta maaf, Sayang. Kamu boleh kok marahin Mama asal kamu bener-bener maafin Mama."

"Rain nggak marah sama Mama. Rain sayang banget sama Mama dan Papa."

"Jadi Rain izinin Papa dan Mama rujuk, kan?" tanya Raga dengan nada seperti sedang bergurau.

Tentu saja Rain iyakan. Mana mungkin ia tidak merestui hubungan orang tuanya sendiri. Ia dengan cepat menganguk-anggukkan kepalanya membuat Raga dan Sarah gemas. Mereka baru menyadari jika putri kecil mereka sekarang ternyata sudah besar bahkan tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar.

"Makasih, Sayang," ucap Sarah lalu memeluk Rain lebih erat.

"Papa nggak diajak pelukan, nih?" tanya Raga dengan menaik turunkan kedua alisnya.

"Nggak," jawab Rain dan Sarah bersamaan.

Raga tertawa. Melihat Sarah dan Rain saling menyayangi seperti itu membuat hatinya menghangat. Ia berharap bisa terus seperti ini sampai akhir hidupnya.

Mulai sekarang hidupnya dimulai lagi. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang telah Tuhan berikan untuknya. Raga akan berusaha menjadi seorang kepala keluarga yang baik untuk istri dan anaknya.

Tadi pagi, Jaya menemuinya kemudian mengakui semua kesalahannya di masa lalu. Pria tua itu bahkan hampir bersujud di depannya jika saja Raga tidak memaafkannya. Namun, Raga bukanlah orang yang kejam tidak punya perasaan. Ia tidak tega melihat seseorang yang lebih tua darinya mengemis-ngemis kata maaf darinya.

Raga memaafkan Jaya sekaligus meminta izin untuk rujuk dengan Sarah. Kali ini Jaya tidak menghalang-halangi niatnya. Justru sebaliknya. Jaya mendukungnya membuat Raga merasa sangat bahagia.

"Pa?"

"Iya, Sayang?" Raga tersadar dari lamunannya.

"Kalo Papa sama Mama udah nikah lagi, Kita tinggal di rumah Papa?" tanya Rain.

"Kita bangun kembali keluarga kecil kita dari awal. Rain tinggal bareng Mama sama Papa ya. Kamu juga harus berterima kasih sama Kakek dan Nenek kamu. Seburuk-buruknya Kakek kamu, beliau juga termasuk seseorang yang pernah merawat kamu hingga kamu tumbuh menjadi gadis cantik seperti sekarang," jelas Raga sembari tersenyum menatap Rain dan Sarah bergantian.

"Iya Papa ganteng."

"Papa kamu emangnya ganteng, Nak? tanya Sarah jail sembari melepas pelukannya.

Brittle [Tamat]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu