29. PENYESALAN JAYA

733 81 2
                                    

HAPPY READING♥

"Kamu benar-benar keterlaluan!" Rina menatap Jaya tak percaya. Ia benar-benar tidak paham dengan jalan pikiran suaminya.

Dari dulu, Rina selalu merasa ada sesuatu yang ganjal dengan perceraian Sarah dan Raga. Dugaannya terbukti. Ia mendengar semuanya. Percakapan antara, Rain, Sarah, dan Jaya di ruang kerja beberapa hari yang lalu. Namun, ia hanya diam. Di satu sisi, ia bahagia bisa melihat Sarah dapat memperbaiki hubungannya dengan Rain, tetapi ia juga sangat kecewa dengan suaminya sendiri yang tega memisahkan hubungan rumah tangga anaknya hanya karena perusahaan.

Seharusnya dulu ia bisa menghentikan rencana itu. Seharusnya ia dapat  mencegahnya. Tapi Rina benar-benar lalai. Ia tak bisa menjadi Ibu yang dapat menolong anaknya dari keterpurukan. Bahkan ketika Sarah benar-benar terpuruk ia hanya bisa mengusap lembut bahu anaknya tanpa tahu harus berbuat apa.

"Aku nggak nyangka kamu ternyata sejahat itu. Kamu nggak mikirin perasaan anak dan cucu kamu, hah?" bentak Rina.

Jaya hanya menunduk. Sekarang ia benar-benar menyesali perbuatannya. Hari ini ia tersadar akan kesalahan terbesarnya. Dari ia yang dengan tega menghancurkan rumah tangga anaknya sendiri, membuat cucunya diambang kesedihan, dan mengecewakan kepercayaan seluruh keluarganya, termasuk istrinya sendiri. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Apakah sudah terlambat untuk mengucapkan kata 'maaf'?

Ia tahu kata tersebut tidak pantas untuk membayar kesalahannya yang begitu besar. Lantas apa yang harus dilakukannya agar semua orang memaafkannya? Ia hanya bisa diam menunduk membiarkan Rina membentak dan mengucapkan kata-kata kasar padanya. Jaya hanya bisa pasrah sekarang.

"Sekarang apa kamu belum puas lihat cucu kamu selalu berusaha terlihat tegar dan menyimpan semua laranya seorang diri?! Kamu benar-benar nggak punya hati!" Tak sadar Rina menitikkan air matanya kala ia mengingat Rain selama ini. Cucunya itu selalu berusaha tersenyum dan bersikap seolah-olah tak memiliki beban hidup yang berat membuat Rina merasa sedih setiap kali melihatnya.

"A-aku ... aku sangat menyesal, Rina. Apa yang harus kulakukan sekarang?" Jaya mengusap wajahnya kasar. Wajah keriputnya memerah sampai ke telinganya.

Bersamaan dengan hal itu, pintu depan terbuka menampakkan Sarah dan Rain. Mereka baru saja pulang dari rumah Raga setelah makan malam bersama. Sarah terlihat datar kemudian melewati kedua orang tuanya begitu saja tanpa mengucap satu patah kata dari bibirnya.

Rain juga hendak ke kamarnya. Ia masih belum bisa memaafkan Kakeknya. Ia butuh waktu. Namun, suara lirih Kakeknya terdengar saat ia baru saja menaiki satu anak tangga.

"Rain ...." lirih Jaya sembari melihat punggung kecil Rain.

Ia menengok pada seseorang yang memanggilnya barusan. Sebenarnya ia tak tega bersikap seperti ini pada Kakeknya. Tapi Rain benar-benar butuh waktu sekarang. Ia ingin sedikit memberikan pelajaran pada Kakeknya agar Jaya dapat mengerti betapa pentingnya keluarga yang utuh bagi Rain.

"Rain capek. Rain mau istirahat dulu. Selamat malam," ucapnya kemudian kembali melangkahkan kakinya ke atas menuju kamarnya.

Pada dasarnya sebuah penyesalan hanya berada diakhir. Semua orang pernah menyesal dengan kesalahan yang pernah dilakukannya dahulu. Secara sadar tak sadar seseorang pernah melakukan kesalahan yang bisa berakibat fatal bagi orang lain. Termasuk kesalahan Jaya yang berdampak fatal bagi Rain, Sarah, dan Raga. Keluarga kecil yang harus terpisah hanya karena keegoisan satu orang.

                               ✥✾✥

Lagi-lagi ia berada di belakang sekolah, salah satu tempat favoritnya di sekolah. Rain menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Ia memijat pelipisnya yang sedikit berdenyut. Hari ini ia tak napsu makan. Jam istirahat pun ia gunakan untuk melamun di sini.

Brittle [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang