25. KEMBALINYA REYHAN YANG DULU

761 81 1
                                    

VOTE DULU YOK!

Sebuah mobil berhenti tepat di depan pekarangan rumah keluarga Pratama setelah tadi dibukakan oleh satpam yang menjaga gerbang. Seorang laki-laki tua yang sudah beruban keluar dari mobil itu bersama anak perempuan yang merupakan cucunya.

"Ayo Rara. Tadi semangat banget kok sekarang lesu?" ucap Saka pada Rara, cucunya.

Rara gelisah. Ia takut kehadirannya sekarang tidak diterima oleh Papanya. Tapi bagaimanapun sikap Reyhan, dia tetap Papanya. Rara harus berusaha mengembalikan Reyhan seperti dulu lagi. Oleh sebab itu ia terus merengek pada Kakek dan Neneknya agar membantunya untuk tinggal di rumah Papanya.

Mengetuk pintu untuk beberapa saat lalu terlihatlah pintu terbuka menampilkan seorang remaja berwajah tampan dengan kaos hitam dan celana pendek selutut. Awan membulatkan matanya. Ia tak percaya jika seseorang yang berada dihadapannya ini adiknya. Ia tak tahu jika Rara dan Saka akan ke sini.

Tanpa berpikir lama, Rara memeluk Awan erat. Ia merindukan Kakaknya, laki-laki yang selalu berusaha membuatnya tersenyum.

"Rara kenapa ke sini nggak bilang sama Kakak dulu?" tanya Awan sembari mengusap lembut surai adiknya.

"Rara kangen Kakak," jawabnya.

Mereka melepaskan pelukan itu ketika Saka berdehem. Awan mengalihkan pandangannya pada Saka kemudian memeluk Kakeknya sebentar. Setelah itu Saka dan Rara dipersilakan masuk ke dalam.

Asisten rumah tangga keluarga Pratama berjalan dari arah dapur membawa nampan yang berisi beberapa minuman juga cemilan atas permintaan Awan. Art itu Menaruh minuman tadi di atas meja kemudian kembali lagi ke dapur.

Saka berdehem. "Dimana Papa kamu?"

"Sebentar lagi juga pulang," jawab Awan.

Mengingat waktu yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam berarti sebentar lagi Reyhan akan pulang sebab pria paruh baya itu pulang ke rumah biasanya sekitar pukul sembilan kurang seperempat. Benar saja. Hanya beberapa menit mereka menunggu, akhirnya pintu depan terbuka menampilkan Reyhan dengan jas kerjanya. Ia menatap balik pada orang-orang yang sedang menatapnya.

Reyhan tak menghiraukan mereka. Ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Hal tersebut membuat Awan secara tak sadar menggertakkan giginya. Ia pikir Reyhan benar-benar sudah kelewatan sekali, dia tidak menyapa atau bahkan menanyakan kabar putrinya yang telah lama tidak ditemuinya.

Sebelum Reyhan benar-benar naik ke lantai dua, Awan lebih dulu memanggil Papanya. Ia bangkit dari duduknya dan menatap sekilas wajah Rara yang sedang menunduk.

"Papa!" panggil Awan pada Reyhan.

Menolehkan kepalanya lalu menatap Awan datar. "Ada apa? Urusi saja tamu-tamu itu. Papa capek mau istirahat."

Awan melangkah mendekat pada Reyhan. "Papa sampai kapan mau terus kayak gini? Kapan Papa balik seperti Papa yang dulu? Awan selalu berusaha baik-baik aja kalo dapet perlakuan dingin Papa, tapi kalo Rara? Awan nggak terima, Pa. Dia anak kandung Papa! Bukan orang lain!"

Jarang sekali Reyhan melihat Awan berbicara panjang seperti ini apalagi anak laki-lakinya itu terlihat menggebu-gebu dengan dada yang naik turun. Hatinya bergetar melihat putranya. Ia tak sadar jika selama ini kedua anaknya menderita karena kekurangan kasih sayang darinya.

Reyhan pikir dengan bekerja mati-matian agar terus menghasilkan uang yang banyak akan membuat kedua anaknya senang, tapi ternyata ia salah. Selama ini ia dingin pada mereka agar ia tak lalai dan meninggalkan pekerjaannya. Bagai dibutakan oleh uang ia melupakan kedua anaknya yang ternyata lebih membutuhkan kasih sayang seorang Ayah daripada harta atau sejenisnya.

Brittle [Tamat]Onde histórias criam vida. Descubra agora