21. SUASANA HARU

845 91 2
                                    

HAPPY READING♥

Mobil hitam itu terus melaju membelah jalanan sore ibu kota yang tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Jalanan yang biasa macet kini terlihat sedikit longgar.

Sedari Rain memutuskan untuk mengikuti pria itu ia hanya diam tak berniat bertanya apa pun pada pria yang sedang menyetir tersebut. Kepalanya penuh tanda tanya namun untuk membuka suara rasanya bibirnya kelu.

Kemana dia akan membawanya? Pikiran Rain berlabuh kemana-mana namun setelahnya ia menyadari sesuatu. Bukankah ini area perumahan elit yang jarang sekali ditempati? Tempat itu mewah dan elit jadi hanya orang yang benar-benar berada yang bisa menempatinya.

Mobil itu mulai memasuki gerbang hitam yang telah dengan sigap dibukakan oleh seorang satpam. Kini mesin beroda empat tersebut benar-benar telah terparkir rapi di sebuah garasi.

Rain melihat sekitarnya. Rumah yang sekarang ia pijak ini lebih mewah dari rumahnya. Desainnya pun bagus dan terkesan mewah. Sebenarnya ke mana pria ini membawanya?

"Ayo Nona Muda." Pria berjas yang Rain ketahui bernama Gara itu mengajak Rain memasuki rumah mewah tadi.

Rain hanya mengangguk lalu mengikuti langkah Gara. Bola matanya tak berhenti untuk menjelajahi rumah ini. Terkesan elegan dan enak dipandang mata.

Sesampainya di ruang tamu rumah mewah ini pria tadi menyuruh Rain duduk dan meninggalkannya seorang diri di sana. Gadis berseragam SMA itu menoleh ke kanan dan kiri. Tak ada foto atau gambar besar yang terpajang. Tetapi tunggu dulu. Rain mendekati sebuah figura kecil di sebuah meja panjang dekat lukisan ujung ruang tamu ini.

Sepertinya ia paham seseorang di dalam foto itu. Ia mengambil foto tersebut dan menatapnya tak percaya. Foto itu adalah gambar dirinya sewaktu kecil yang sedang memakan kue ulang tahun.

Sebenarnya rumah siapa ini? Kenapa pikiran Rain hanya terfokus pada satu orang?

"Rain?"

Suara ini. Suara yang ia dengar terakhir kali dua tahun lalu tepat sebelum ujian nasional sewaktu dirinya SMP.

Rain meletakkan foto tadi di tempatnya semula. Tubuhnya berbalik. Tepat saat itu cairan bening luruh begitu saja melewati pipi chubby-nya.

Dengan langkah kilat ia segera berhambur ke pelukan seseorang yang selama ini selalu dirindukannya. Isakan tangis gadis rapuh itu mulai terdengar diindra pendengaran pria yang di peluknya. Tanpa Rain sadari seseorang yang dipeluknya pun menitikkan air matanya.

Raga sangat bersyukur hari ini ia dapat bertemu kembali dengan putri kecilnya. Ia sangat merindukan putri kecilnya yang kini sudah semakin dewasa.

Melepas pelukan itu perlahan kemudian menatap Raga. "Papa. Rain kangen banget sama Papa," ucapnya dengan air mata yang masih berlinang.

Pria paruh baya itu menyeka air mata putrinya yang telah lama dirindukannya. "Papa juga kangen sama Rain."

Suara Rain sedikit tertahan. "P-papa."

"Kenapa Papa tega?"

"Kenapa Papa tega nggak pernah temuin Rain lagi? Kenapa Papa nggak ada saat Rain sedih?"

"Kena ...." lirihnya tertahan seraya menundukkan kepalanya. Kedua bahunya bergetar. Air matanya semakin mengalir deras.

Raga membuang napas kasar. "Itu semua ada alasannya," ucapnya.

"Apa karena keluarga baru Papa? " tanya Rain lirih namun masih dapat didengar Raga.

Raga menggeleng. "Papa nggak pernah punya keluarga baru, Nak. Selama ini Papa hanya sendiri."

Brittle [Tamat]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum