19. CEMBURU?

879 88 1
                                    

HAPPY READING♥

Menghela napas berkali-kali, wajah lesu, pikiran melayang-layang, dan mood yang sudah hilang tidak tahu ke mana. Entah mengapa hari ini Rain tidak bersemangat mengikuti pelajaran. Otaknya berasa malas berpikir.

Matanya memperhatikan seseorang yang duduk di bangku depannya. Ah memang Davira sangat cantik. Mungkinkah Awan mempunyai rasa pada gadis itu? Tapi kenapa juga ia harus peduli. Tohh ia juga bukan siapa-siapanya.

Rain lo kenapa sih? Ayo fokus-fokus, batinnya sembari menepuk-nepuk pelan pipinya.

Hal itu tidak luput dari penglihatan Tasha. Ia merasa heran dengan sahabatnya. Ada apakah gerangan?

"Rain lo kenapa, sih? Tumben nggak fokus gitu sama pelajaran."

"Nggak tahu. Rasanya mood gue hilang," ucap Rain lalu kembali memperhatikan guru di depan. Terlihat memperhatikan namun pikirannya sedang berlabuh kemana-mana.

                              ✥✾✥

Di parkiran luas SMA Garuda, Davira celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang. Tidak lama kemudian orang yang dicarinya muncul dari lorong koridor bersama dua temannya. Siapa lagi kalau bukan Awan dan dua curut yang notabene temannya.

Menatap Awan berbinar lalu menunggunya datang di parkiran. Ia sengaja menunggu Awan di sana berharap bisa pulang bersama seperti dulu. Davira sangat merindukan masa-masa indahnya dengan Awan. Entah mengapa semua hal yang ada pada cowok itu bisa membuatnya merasa sangat bahagia, termasuk dekat dengannya.

"Awan! Aku boleh pulang bareng kamu nggak? Aku kangen pulang bareng sama kamu," ujar Davira pada Awan. Cowok itu nampak menaikkan sebelah alisnya.

Tidak mau berpikir lama, Awan menatap Davira sebentar kemudian berkata, "Oke."

"Ya udah. Kita duluan," ujar Azka yang diangguki oleh Awan. Ardan pun mengikuti langkah Azka.

Awan memberikan helm pada Davira. Secara tidak sengaja gadis berpipi tembem itu sulit mengaitkan kaitan pada helm tersebut.

"Awan."

"Hm?"

"Aku nggak bisa pasang ini," ucap Davira sembari menunjuk pada kaitan helmnya.

Menghembuskan napas kasar lalu memakaikan dengan benar kaitan tadi membuat Davira tersenyum saat wajah tampan cowok itu sangat dekat dengannya. Davira sangat senang ketika ia bisa dekat kembali dengan cinta pertamanya.

Tak jauh dari mereka berdua ada sepasang mata yang melihat mereka dengan pandangan sulit diartikan. Hari ini Rain berniat naik bus sebab Pak Dadang sedang mengantarkan Mamanya keluar kota. Tasha pun sudah pulang sedari tadi.

Rain merasa dadanya sesak. Pemandangan apa ini? Seharusnya ia biasa saja melihat hal itu namun kenapa hatinya tidak bisa bersikap biasa? Dengan langkah yang ia buat biasa saja, Rain melangkah melewati dua orang tadi menuju gerbang keluar.

Awan melirik pada Rain sekilas. Hal itu tidak Davira lewatkan sedetik pun. Davira menatap Awan sedih. Kenapa saat bersamanya dia lebih memperhatikan gadis lain?

Sesampainya di halte, Rain mendudukan bokongnya di bangku panjang yang tersedia di sana. Ia menghembuskan napas dalam. Tiba-tiba saja mood-nya kembali memburuk.

Brittle [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang