3. TERLAMBAT

2K 326 184
                                    

Jika ribuan kebahagiaan datang menghampiriku hanya satu yang kupilih,
keluarga utuh penuh cinta dan tawa kebahagiaan.
-RainOktvPradipta-

****

Suara derap langkah kaki seorang gadis memenuhi koridor sepi. Aish sudah telat, nekat pula melewati pintu belakang. Ini semua gara-gara gerbang depan sudah ditutup oleh pak satpam. Padahal semua siswa-siswi yang lainnya sudah berada di kelasnya masing-masing. Beberapa kelas juga sudah memulai pelajaran jam pertama, salah satunya kelas XI-IPA 1.

Jarum jam dipergelangan tangan Rain tepat menunjukkan angka delapan. Ia baru saja sampai di depan pintu kelasnya. Dengan ragu, Rain membuka pintu setengah tertutup itu. Benar saja dugaannya, di dalamnya sudah ada Pak Raka, guru matematika yang terkenal killer di SMA Garuda.

Betapa bodoh dirinya pikir Rain. Kenapa ia bisa lupa jika hari selasa pagi jam pertama adalah pelajaran matematika? Pelajaran yang membuat hampir seluruh siswa kehilangan kewarasannya. Apalagi ditambah dengan sikap galak guru killer ini yang mengharuskan semua siswa-siswi yang diajarnya disiplin waktu.

Dengan langkah berat, Rain memberanikan diri mengetuk pintu lalu masuk ke dalam. Semua pasang mata di kelas XI-IPA 1 sontak menatap ke arahnya tak terkecuali Tasha dan Pak Raka. Belum sampai lima langkah, Rain masuk ke dalam kelas tiba-tiba saja suara bariton sudah menyerukan namanya.

"Rain Oktavia Pradipta! Kenapa kamu terlambat masuk jam pelajaran saya? Bukankah saya sudah bilang pada kalian jika saat pelajaran saya tidak boleh ada yang terlambat?! Harus disiplin waktu!" seru suara bariton yang tak lain adalah suara tegas Pak Raka.

Rain tidak berani menatap Pak Raka. Ia menelan saliva-nya kasar alhasil dirinya hanya bisa menundukkan kepala dengan tangan yang meremas-remas rok sekolahnya, pertanda ia sangat gugup sekarang.

"Ma-maaf, Pak tadi saya bangun kesiangan," jawab Rain gugup.

Pak Raka menatap tajam Rain seraya berkata, "Karena kamu terlambat masuk ke jam pelajaran saya dan supaya siswa-siswi di sini belajar arti disiplin, saya hukum kamu berdiri di lapangan lalu hormat pada sang saka merah-putih sampai jam pelajaran saya selesai!"

"T-tapi Pak," kelit Rain dengan sedikit memberanikan diri menatap wajah guru killer itu.

"Tidak ada tapi-tapian! Taruh tasmu di bangkumu lalu cepat berdiri di lapangan!" tegas Pak Raka.

Dengan langkah gontai, Rain mengikuti perintah Pak Raka untuk segera keluar menuju ke lapangan setelah menaruh tas di bangkunya.

Di lapangan SMA Garuda, walaupun masih pagi matahari sudah mulai bersinar terik. Gadis berkulit putih bersih dan berambut coklat sepunggung itu segera hormat setelah sampai di depan sang saka merah-putih.

Rain sangat menyesal. Ia benar-benar menyesali perbuatannya kemarin saat ia terlalu lama menangis. Lalu beberapa saat kemudian dirinya tersadar, penyesalan itu tidak berguna sekarang. Lebih baik ia fokus saja menghormati bendera kebangsaan di depannya ini.

Namun, hal yang tidak terduga terjadi, perutnya mendadak terasa sakit. Baru Rain sadari jika tadi pagi belum sempat sarapan karena terburu-buru. Peluh dingin tiba-tiba membasahi keningnya, rasa sakit diperutnya ia tahan sekuat tenaga. Meskipun begitu, Rain tetap menjalankan hukuman dari Pak Raka.

Brittle [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang