26. SEPERTI DULU LAGI

722 78 1
                                    

HAPPY READING♥

Pagi ini keluarga Pratama sedang menyantap sarapan pagi diiringi gelak tawa. Beberapa hari ini, Reyhan sudah kembali lagi menjadi pribadi yang hangat pada anak-anaknya seperti dulu.

"Pa? Rara jadi pindah ke SMP yang deket sama sekolahnya kak Awan, kan?" 

Reyhan tersenyum lalu mengangguk. "Kamu bebas milih sekolah yang kamu mau. Kalo kamu mau sekolah paling bagus se-Jakarta Papa juga setuju."

"Nggak, Pa. Rara cuma mau sekolah yang deket sama sekolahnya Kak Awan. Biar berangkatnya bisa bareng," ucapnya sembari tersenyum manis.

Suasana ini adalah suasana yang sangat Awan harapkan sedari dulu. Ia tersenyum tipis melihat keharmonisan keluarganya. Awan tak menduga jika kembalinya Rara akan merubah situasi menjadi hangat seperti ini. Sebelumnya ia sangat jarang sarapan bersama Reyhan. Kalau pun sarapan, Awan dan Reyhan sama-sama bungkam.

"Rara hari ini belum sekolah?" tanya Awan pada Rara.

"Belum, Kak. Kakek lagi ngurusin surat pindah di sekolah yang dulu," jawabnya. "Besok kalau Rara udah sekolah pokoknya Rara mau nebeng terus sama Kak Awan."

"Iya." Awan berujar bersamaan dengan kursi yang ia tarik ke belakang menimbulkan bunyi decitan kursi dan lantai.

Awan mencium punggung tangan Reyhan. "Awan berangkat dulu, Pa."

"Hati-hati, Nak." Kali ini Reyhan tidak kaku seperti biasanya. Dia tersenyum hangat pada Awan.

Sebelum Awan benar-benar berangkat, ia menyempatkan untuk mengacak rambut adik manisnya. Ia tertawa kecil kemudian melangkah menuju garasi.

Jika kalian bepikir dengan kembalinya keharmonisan keluarga Pratama akan membuat Awan menjadi pribadi yang lebih hangat maka kalian salah besar. Awan tetaplah Awan. Ia akan bersikap dingin pada siapapun kecuali dengan keluarga dan seorang gadis yang saat ini menempati hatinya. Tentunya kalian sudah tahu siapa gadis itu.

Awan sudah biasa bersikap dingin dan irit bicara. Ia tak bisa merubah sikapnya menjadi sosok yang ramah tamah. Sulit sekali. Ia juga tak mudah akrab dengan orang lain. Oleh sebab itu, Awan hanya memiliki dua sahabat curut seperti Azka dan Ardan.

                                ✥✾✥

Ia memarkirkan motor merahnya di parkiran disusul oleh dua motor ninja milik Azka dan Ardan. Ketiga cowok most wanted SMA Garuda itu turun dari motornya lalu berjalan menuju kelas XI-IPS 5.

"Bro tahu nggak? Kemarin—"

"Ah iya kemarin lo ngutang duit sama gue." Azka memotong ucapan Ardan. "Sini balikin!"

Kok nih bocah sempat-sempatnya inget, sih, batin Ardan.

"Ishh bukan itu! Kemarin gue lihat si Ethan buntutin Rain. Tapi si Rain nggak tahu kalau ada orang yang buntutin dia."

Langkah Awan terhenti. Biasanya ia tak terlalu peduli dengan obrolan-obrolan tak penting kedua temannya namun kali ini obrolan itu terdengar menarik perhatiannya ketika Ardan menyebutkan nama Rain.

"Beneran?" tanya Awan penasaran membuat Ardan membulatkan mulutnya. Tak percaya jika Awan merespon obrolannya kali ini.

Ardan spontan mengangguk.

"Lo nggak salah lihat?" tanya Awan lagi. Ia ingin memastikan.

"Enggak kok. Jelas-jelas itu si setan mukanya hafal banget gue," balas Ardan.

Setelahnya Awan kembali melangkah ke kelasnya. Nanti ia berencana akan memberitahukan hal ini pada Rain. Ia tak ingin terjadi sesuatu dengan gadisnya. Ah salah. Maksudnya sahabatnya.

Brittle [Tamat]Where stories live. Discover now