35. RAIN DAN RARA

608 81 0
                                    

HAPPY READING♥

Salah satu pipi Rain berkedut. Ia tak menyangka jika tujuan Awan membawa ke rumahnya hanya untuk menemani Rara membuat kue. Tapi setelah dipikir-pikir ada bagusnya juga buat Rain. Ia jadi merasa seperti memiliki adik perempuan.

"Kak Rain? Maaf ya kalo Kakak dipaksa Kak Awan ke sini. Habisnya Rara pengen punya Kakak perempuan yang baik kayak Kak Rain. Apalagi waktu itu Kakak bilang suka buat kue, jadi Rara pengen belajar buat kue bareng Kakak, deh," ujar Rara sambil nyengir. Tangan gadis itu sibuk menuangkan tepung ke wadah.

"Iya nggak papa. Kalo Rara pengen ketemu Kak Rain bilang aja. Nanti kita tukeran kontak," jawab Rain.

"Wah beneran, Kak?"

Rain mengangguk. Ia ikut membantu Rara membuat adonan kue dan menjelaskan secara detail proses pembuatan yang baik hingga selesai. Sebenarnya Rain hanya membantu saja karena Rara sudah bisa membuatnya sendiri, tetapi Rara selalu kurang percaya diri dengan alasan kuenya tidak enak.

Setelah hampir setengah jam berkutat dengan adoanan, kini kue yang dibuat Rara dan Rain akhirnya jadi. Mereka menghias kue itu sangat cantik hingga siapapun yang melihatnya tidak tega untuk memakannya.

"Ini yang bentuk hati lucu banget," puji Rara terhadap kue buatan Rain.

Rain tersenyum menanggapi ucapan Rara.

"Kakak kamu mana? Kok dari tadi nggak muncul?"

"Kak Rain udah kangen ya sama Kak Awan. Baru aja ditinggal kurang lebih jam," goda Rara.

"A-apaan, sih. Enggak kok. Kakak cuma tanya aja." Rain salah tingkah sendiri.

Rara tertawa kecil. Gemas sekali melihat wajah Rain yang sedang salah tingkah.

"Palingan di kamarnya, Kak. Bentar lagi juga turun."

Benar saja. Tak lama setelahnya, Awan turun dengan rambut yang sedikit basah dan juga setelan santainya. Dia mengenakan kaos hitam serta celana pendek selutut.

Sepasang mata Rain tak berkedip melihat indahnya ciptaan Tuhan.

Bener kata Tasha. Cowok kalo pake kaos hitam gantengnya nambah, batin Rain.

Rara melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Rain. "Kak? Kak? Kak Rain?!"

Seperti tertarik ke dunia nyata, Rain kembali sadar. Ia berhenti menatap Awan yang sedang menuruni anak tangga dan beralih menatap Rara.

"I-iya? K-kenapa?"

"Terpesona ya sama kegantengan Kak Awan." Lagi-lagi Rara menggoda Rain.

"Nggak kok," jawab Rain cepat.

"U-udah jadi, kan kuenya. Kakak kamu mau nyobain nggak kira-kira?" tanya Rain berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Mau pastinya. Ini, kan buatan Kak Rain pasti Kak Awan akan dengan senang hati memakannya."

Setelahnya, Rain dan Rara ke ruang tamu. Awan juga sudah duduk manis di sana. Laki-laki itu menaikkan sebelah alisnya saat melihat Rain yang berbicara tidak berani menatapnya. Entahlah kenapa. Tapi yang jelas bagi Awan sangat aneh.

Atas paksakan Rara, Awan mulai memakan kuenya. Baru satu kunyahan, Awan sudah bisa menyimpulkan bahwa rasa kue tersebut enak. Ia memang tidak bisa menilai makanan, tapi menurutnya ini memang enak. Rasa manisnya sangat pas sekali. Apalagi coklatnya juga kadang terasa lumer dimulut. Tidak kalah dengan kue-kue yang dijual di toko kue.

"Enak."

Rara menatap Awan berbinar. Bahagia sekali ia hanya mendapat pujian seperti itu. Sejak kecil, Rara selalu ingin membuatkan kue untuk Awan dan hari ini terwujud. Ia sangat senang sekali. Ia beralih menatap Rain yang sedang menunduk.

Brittle [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang