17. WEEKEND

777 93 2
                                    

JANGAN LUPA PUTAR INSTRUMEN YANG AKU PILIH DI MULMED, COCOK BANGET SAMA PART KALI INI.

———————————————————————————————

Ketika hati ini rapuh tak mengenal kasih sayang orang tua. Ketika raga ini sudah lelah berpura-pura untuk terlihat tegar. Apa yang harus kulakukan? Mama ... sampai kapan dirimu akan mengabaikan putrimu ini. Aku rindu belaianmu, kasih sayangmu dan tertawa bersamamu. Papa ... dimana dirimu berada sekarang? Aku sangat merindukan usapan-usapan kecilmu di kepalaku. Rindu tangan hangat yang selalu mengenggamku erat. Tuhan, bolehkah aku berharap? Aku hanya ingin mendapat kasih sayang dari mereka. Kembalikanlah semua seperti dulu ketika aku merasakan kasih sayang itu setiap saat dan setiap waktu.

Dari Rain untuk Papa dan Mama

Seorang wanita paruh baya dan gadis remaja duduk manis di dalam mobil yang dikendarai oleh sopir keluarganya. Rain sangat senang sebab Sarah memenuhi janjinya beberapa hari yang lalu.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, mereka telah sampai di danau. Rain hanya ingin mengenang masa kecilnya. Kata Neneknya, dulu saat ia kecil, Raga dan Sarah sering mengajaknya ke sini. Ia hanya ingin mengingat momen masa kecilnya bersama orang yang disayanginya.

Rain menghirup udara segar di sekitarnya. Senyum manisnya tak pudar sedari tadi. Meskipun tidak ada senyum yang terbit dibibir Sarah namun Rain tetap berpikir jernih. Mungkin saja Mamanya sedang tidak baik pikirannya. Tapi untuk kali ini, bolehkah ia egois? Sekali saja. Ia hanya ingin menghabiskan waktu dengan Mamanya.

Gadis dengan surai dikepang satu itu menarik tangan Mamanya untuk duduk di bangku panjang yang tersedia di sana. Berharap dapat bercerita panjang kali lebar di danau ini. Namun ada satu hal yang tidak Rain ketahui. Di kala Rain sangat gembira dengan pemandangan danau ini maka berbeda dengan Sarah. Dia sangat membenci tempat ini.

Danau yang dulu menjadi tempat kebahagiaan bagi Sarah kini hanya penuh kenangan yang tak berarti. Ia membenci semua kenangan yang dulu pernah terukir di danau ini. Pikiran Sarah ingin meledak rasanya jika mengingat kejadian di masa lalunya.

Tanpa memperdulikan perasaan Rain, Sarah bangkit dari duduknya lalu pergi. Namun sebelum benar-benar pergi, ia menatap Rain sebentar.

"Mama nggak bisa lama-lama di sini, ada urusan sama teman kantor. Kamu pulang sama Pak Dadang," bohongnya pada Rain.

"Tapi, Ma. MAMA!" teriak Rain pada Sarah. Wanita paruh baya itu melangkahkan kakinya menjauh.

Lagi dan lagi Rain harus didera rasa pedih. Kapan Mamanya akan memahami perasaannya? Sebelum wanita itu benar-benar hilang dari pandangannya, ia sempat berteriak keras mengungkapkan isi hatinya.

"MA! MAMA KENAPA NGGAK BISA NGERTIIN RAIN? APA RAIN ANAK YANG NGGAK MAMA HARAPIN DI DUNIA INI? APA RAIN NGGAK PANTES DAPAT KASIH SAYANG MAMA?"

"R-RAIN HANYA INGIN SEPERTI ANAK-ANAK PADA UMUMNYA. RAIN HANYA INGIN MENGHABISKAN WAKTU SEHARI AJA BARENG MAMA. APA ITU SULIT?"

Sarah menghentikan langkah kakinya. Hatinya ikut berdesir saat Rain memanggilnya dengan suara pilu menahan tangis. Apakah hatinya mulai terbuka? Namun tetap saja ia masih belum dapat menerima Rain sepenuhnya. Lalu ia kembali melangkahkan kakinya hingga benar-benar tidak terlihat dari indra penglihatan Rain.

Liquid bening dari matanya yang sedari tadi ia bendung akhirnya luruh begitu saja bersamaan dengan angin yang menerpa wajahnya. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas rerumputan hijau. Pikirannya kacau. Baru saja ia berharap bahagia untuk satu hari ini. Namun sepertinya ia tidak ditakdirkan untuk merasakan bahagia.

Brittle [Tamat]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें