24. MAAF

823 82 5
                                    

HAPPY READING

Kantin. Tempat yang saat ini sedang Rain singgahi. Gadis itu sendirian hari ini. Tasha tidak masuk tanpa keterangan dan tidak ada kabar sama sekali.

Memesan makanan lalu duduk di tempat yang tidak terlalu ramai. Rain memilih meja pojok dekat dengan pintu masuk kantin. Ah agaknya ia seperti orang hilang sekarang. Ia tak punya teman di sekolah ini selain Tasha. Ia bukan tipe gadis yang mudah akrab dengan siapa saja namun dirinya masih terbilang ramah pada siapapun.

Ternyata makan seorang diri rasanya seperti ini. Hambar. Aish dasar Tasha! Kemana sebenarnya gadis itu?

Rain memakan batagornya dengan sesekali menatap banyaknya kerumpulan para siswi yang sedang menggosip. Mereka terlihat senang sekali ketika membicarakan orang lain. Ah tapi bukan itu yang membuat Rain lama menatap mereka. Tetapi keberadaan Davira di sana.

Dia sangat ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja tidak seperti dirinya yang sedikit susah untuk berteman dengan seseorang. Rain pikir Davira itu sempurna sekali.

Ketika sedang melamun, seseorang datang menghampirinya. Orang itu menatap Rain lama hingga lamunannya harus buyar seketika.

"Kenapa lo di sini?" tanya Rain heran ketika melihat Awan terpisah dari meja tiga A dan lebih memilih menghampirinya.

Selain karena terpisah dengan tiga A, Awan juga mengundang perhatian banyak kaum hawa membuat Rain seperti terintimidasi oleh tatapan-tatapan sengit mereka. Dasar para fans fanatik!

"Nggak boleh?" tanya Awan balik.

"Ya boleh, sih."

"Sendirian?"

"Iya."

Beberapa saat hening. Awan tidak memesan apapun di kantin. Ia hanya berniat untuk menemani Rain, sahabatnya.

"Maaf," ucap Awan setelah beberapa saat. Wajahnya terlihat bersalah.

"Buat?" tanya Rain.

"Kemarin."

Rain tertawa kecil. "Nggak papa. Santai aja kali."

"Gue nggak biasa ngingkarin janji," terang Awan.

"Hari ini gimana? Bisa?" lanjut Awan bertanya.

Gadis dengan surai tergerai itu nampak berpikir sebentar. "Bisa. Kebetulan gue juga mau beli novel."

Awan diam. Ia menatap gadis di hadapannya dalam membuat Rain merasa aneh diperhatikan seperti itu.

"Lo kenapa, sih lihatin gue kayak gitu?" tanya Rain.

"Nggak papa."

"Ih dasar cowok es."

Masih memperhatikan Rain. Awan ingin menanyakan sesuatu padanya. Hanya ingin memastikan apakah sekarang ia benar-benar dianggap sebagai seorang sahabat oleh gadis itu?

"Lo ...."

"Beneran mau jadi sahabat gue? "

Mengangguk. Rain tersenyum manis. "Gue nggak pernah punya sahabat cowok lho. Lo yang pertama."

Awan ikut tersenyum namun tipis sekali membuat orang-orang tak bisa mengatakan jika Awan sedang tersenyum saat ini. Ia berharap untuk saat ini semoga saja ia bisa menjadi sosok sahabat yang baik bagi Rain. Tetapi untuk suatu saat nanti, bolehkah ia berharap lebih? Ia tak ingin sekedar menjadi seorang sahabat baginya, melainkan menjadi seseorang yang benar-benar ada di hati gadis yang kini sedang meminum es jeruknya itu.

Setelah selesai dengan urusan makannya, Rain merasa heran pada Awan. Ia baru menyadari Awan sedari tadi hanya memperhatikannya makan dan tidak memesan apapun.

Brittle [Tamat]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن