7. SUNDAY

1.3K 257 146
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

Hari Minggu adalah hari bermalas-malasan untuk semua orang yang memang biasa libur sekolah atau bekerja di hari Minggu. Hari Minggu juga dijadikan alasan oleh seorang laki-laki bertubuh jangkung untuk tetap bergelung dengan selimut tebalnya. Mata sipit laki-laki itu masih terpejam rapat. Dia tidak bisa tertidur semalam. Dia baru bisa merapatkan kedua matanya saat jam beker di nakasnya telah menunjukkan pukul dua belas malam.

Singkat saja, Awan tidak bisa tidur hanya karena memikirkan seorang gadis yang tiba-tiba saja membuat jantungnya berdentum keras tak karuan. Hal yang sebelumnya belum pernah ia rasakan pada siapapun.

Hanya karena memikirkan hal itu seorang cowok es atau lebih tepatnya seorang Awan Haidar Pratama yang biasa terkenal acuh dan dingin pada siapapun mendadak tidak bisa tertidur karena memikirkan seorang gadis menyebalkan seperti Rain Oktavia Pradipta. Aneh sekali bukan?

Samar-samar terik matahari membuat Awan mau tak mau membuka matanya. Ia mengerjap beberapa kali lalu melirik jam beker di nakas samping tempat tidurnya. Awan membulatkan kedua matanya saat melihat jarum jam berada diangka sembilan. Biarpun hari minggu, Awan bukan tipe laki-laki yang biasa bermalas-malasan.

Di hari minggu sebelum-sebelumnya ia selalu rajin bangun pagi dan rutin sarapan bersama Papanya. Biasanya hari minggu selalu ia manfaatkan untuk memgakrabkan diri dengan Reyhan. Ia berharap Papanya bisa kembali seperti dulu saat Mamanya masih ada, hangat pada kedua anaknya.

Awan turun ke lantai satu setelah mengguyur badannya dengan air hangat. Bola matanya bergerak ke sana ke mari mencari keberadaan Reyhan. Namun, yang didapati hanya keheningan saja pertanda pria itu tidak ada. Biasanya setiap hari minggu, Reyhan akan duduk di ruang keluarga sembari membaca koran juga ditemani secangkir kopi hitamnya.

Awan menghela napas berat. Sepertinya lebih baik ia sarapan di luar. Walaupun waktu hampir siang, Awan akan tetap menganggapnya sebagai sarapan karena sedari tadi ia sama sekali belum sarapan.

                                ✥✾✥

Sekarang di sinilah Awan berada, duduk seorang diri di tengah keramaian kafe langganannya sembari menikmati makanan yang tadi dipesannya. Tempat ini dulu sering ia kunjungi bersama keluarganya. Ia memang kerap mengunjungi kafe ini seminggu sekali. Hanya dengan ini, Awan bisa mengingat kenangan manis bersama keluarganya dulu.

Lamunan Awan sesaat buyar begitu saja saat retina matanya menangkap sosok gadis cantik yang dikenalinya datang dari arah pintu masuk kafe. Gadis itu nampak ceria dengan raut wajah yang berseri-seri. Dia terlihat cantik dan anggun dengan dress putih selutut yang dipadukan dengan jaket denim abu-abu gelap tak lupa dengan sepatu yang nampak kontras dengan pakaian yang dikenakannya.

Rain melangkahkan kakinya menuju meja yang terletak dekat jendela besar. Pandangan Awan tak luput sedikitpun dari gadis itu.

Awan terus memperhatikan pergerakan Rain yang sekarang tengah duduk seorang diri dan sepertinya sedang menunggu seseorang. Rainlah yang membuatnya semalaman hampir tidak bisa tertidur. Rain Oktavia Pradipta. Aish kenapa harus gadis menyebalkan macam Rain yang memenuhi otak kecilnya?!

Namun, tidak tahu kenapa Awan malah betah berlama-lama memperhatikan wajah cantik Rain. Cukup menarik. Menurutnya, Rain sangat berbeda dengan perempuan kebanyakan. Walaupun gadis itu terkadang menyebalkan dan judes, tapi Awan bisa melihat ada setitik kerapuhan saat menatap sorot matanya. Hal itulah yang selalu membuatnya merasa care secara tidak langsung padanya.

Brittle [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang