45. API CEMBURU?

624 65 6
                                    

HAPPY READING♥

Tak terasa seminggu berlalu begitu saja. Ulangan kenaikan kelas pun sudah selesai dua hari yang lalu. Semua siswa telah mengusahakan yang terbaik dan sekarang mereka hanya bisa berdoa serta berharap agar hasilnya tidak mengecewakan.

Hampir seminggu ini Rain jarang bertemu dengan Awan karena sibuk belajar. Setiap ada semesteran atau ulangan kenaikan kelas seperti ini Rain selalu belajar bersungguh-sungguh. Sebagai seorang anak ia ingin membanggakan orang tuanya dengan menjadi siswi yang berprestasi. Rain tidak ingin mengecewakan kedua orang yang disayanginya karena keluarganya yang tersisa hanya mereka saja.

Dulu, Rain berhasil membuat Kakek dan Neneknya bangga padanya. Lalu sekarang ia juga harus bisa membuat bangga Mama dan Papanya. Rain hanya ingin menunjukkan jika ia bisa. Rain juga ingin mendengar kalimat pujian atas kerja kerasnya dari Raga dan Sarah.

Selama ini Rain selalu mengaharapkan hal itu terjadi. Tapi ia tak pernah bisa karena orang tuanya yang berpisah. Namun, sekarang berbeda. Mereka telah bersatu kembali. Sekarang yang Rain inginkan hanya bahagia. Tidak perlu yang aneh-aneh untuk membuatnya bahagia. Hanya mendapat cinta juga kasih sayang dari kedua orang tuanya itu sudah lebih dari cukup.

"Rain," panggil Awan yang membuat Rain membalikkan badannya. Ia baru saja keluar dari perpustakaan.

Awan menghampiri Rain.

"Kenapa?" tanya Rain dengan alis yang terangkat sebelah.

"Ikut aku ke rooftop," ajak Awan pada Rain.

Awan menarik tangan Rain dan membawanya ke rooftop. Jujur, Awan sangat merindukan Rain. Seminggu ini ia hanya bisa melihat Rain beberapa kali saja karena selama seminggu ini pula Rain menolak diantar jemput olehnya.

Setelah sampai di rooftop, Awan membawa Rain duduk di bangku yang tersedia di sana. Ditatapnya sebentar wajah sang gadis.

Rain tersenyum melihat Awan yang memperhatikannya dengan ekspresi serius seperti itu.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Rain.

Awan diam. Namun, tatapannya masih fokus pada wajah cantik Rain.

"Ngomong dong jangan diem aja," gerutu Rain.

Tiba-tiba saja mengajak ke sini lalu ditanya kenapa malah diam saja. Rain jadi kesal. Ia jadi seperti bicara sendiri. Aish dasar es batu! Lalu beberapa detik kemudian ponsel Rain bergetar. Benda pipih itu menunjukkan kontak bernama EthanBrmsta.

Rain melirik Awan yang juga sedang melihat ke arah ponselnya. Rain ragu mau mengangkat telepon itu atau tidak. Ia takut membuat Awan marah karena teleponan dengan cowok lain di depannya.

"Boleh diangkat?" tanya Rain hati-hati.

Awan mengangguk singkat walaupun dalam hatinya merasa tidak rela. Awan hanya tidak ingin membatasi pergerakan Rain. Ia takut akan mengekang gadisnya.

Kemudian Rain mengangkat telepon dari Ethan dan terdengarlah suara berat seorang cowok dari seberang sana.

"Halo. Apa kabar, Vi?"

"Baik. Kenapa ya?"

"Nggak. Cuma mau tau lo baik apa nggak," ujar Ethan diiringi dengan tawanya.

Sementara Awan terus memperhatikan Rain yang sedang berbicara dengan Ethan ditelepon dengan wajah tenang dan datarnya. Namun, tetap saja. Dalam hatinya ingin sekali Awan membuang ponsel Rain jauh-jauh agar tidak bisa lagi berhubungan dengan Ethan. Jujur Awan cemburu saat ini, tapi ia sedang berusaha menahannya agar tidak bersikap kekanak-kanakan.

Brittle [Tamat]Where stories live. Discover now