20. HARUS TERBONGKAR

834 87 0
                                    

HAPPY READING♥

Melakukan rutinitas seperti biasanya di sekolah dengan pikiran yang berkecamuk memenuhi otaknya. Rain bahkan semalam tidak bisa tertidur nyenyak. Ia terus menerus kepikiran dengan maksud pembicaraan Kakeknya dengan seseorang di telepon yang didengarnya semalam.

Hari ini mata pelajaran kedua adalah penjaskes. Ia sangat tidak menyukai olahraga sebab ia payah dalam bidang tersebut namun jika dalam pelajaran lain ia tetap menjadi nomor satu.

Murid-murid kelas XI-IPA 1 sudah berjejer rapi untuk melakukan pemanasan. Semua siswi melakukannya dengan antusias sebab guru yang mengajar pendidikan jasmani ini berwajah tampan dan belum menikah. Terkadang Rain merasa risih pada teman-teman perempuan sekelasnya. Mereka selalu genit dan berpura-pura cedera di depan Pak Anton, guru olahraga muda itu agar mendapat perhatiannya.

Setelah melakukan pemanasan baik laki-laki maupun perempuan dibagi menjadi dua tim untuk melakukan praktik olahraga basket. Rain mengelap peluh yang mengalir dikeningnya. Ah sial! Ia benar-benar tak bisa memainkan bola orange itu.

Rain sedikit merasa kagum pada murid baru kemarin. Siapa lagi jika bukan Davira. Perempuan itu sepertinya sangat sempurna. Sudah berparas cantik, ramah, dan handal sekali dalam bermain basket. Rasanya Rain iri sekaligus kagum padanya.

Davira terus men-dribble bola basket yang berada di tangannya. Ia lihai dalam permainan basket sebab di sekolahnya dulu ia adalah kapten tim basket putri. Davira dulunya tidak bisa bermain basket dan sama sekali tidak menyukainya tetapi ia berubah sejak mengenal Awan, cinta pertamanya. Ia bahkan mulai mengenal basket dari laki-laki itu.

Ia berusaha mati-matian agar menjadi pemain basket yang handal seperti Awan. Gadis half-indo itu selalu rajin berlatih dan belajar teknik-teknik basket yang benar sampai ia menjadi seperti sekarang ini. Davira ingin menjadi satu-satunya perempuan yang spesial di hati Awan. Semua kesukaan dan kegemaran Awan, ia akan mencoba menyukainya juga. Ia berharap dapat menarik perhatiannya, walaupun hanya sedetik saja.

Praktik basket telah selesai. Tim putri dimenangkan oleh timnya Davira. Rain dan Davira berada di dua kubu yang berbeda. Rain sadar ia tak pandai dalam semua olahraga. Ia menerima kekalahan timnya dengan lapang dada. Bahkan ia juga terang-terangan memuji Davira yang kini sedang banyak dipuji oleh para lelaki di kelasnya.

"Lo hebat Davira," ucap Rain memuji Davira. Dia mendekati Davira yang sedang berbincang-bincang pada teman-temannya yang lain.

Davira menatap Rain dengan senyumnya yang lebar. "Makasih."

"Sama-sama. Kapan-kapan ajarin dong," ucap Rain lagi.

"Boleh. Gue juga suka main kalo waktu luang. Lo dateng aja ke rumah gue," balas Davira. Ia sangat senang jika ada yang mau menemaninya bermain basket.

Rain tersenyum senang. Ramah banget, pantesan semua orang suka sama dia.

                               ✥✾✥

Sepulang sekolah Rain tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia ingin mengungkap sesuatu yang sejak tadi malam terus menerus memenuhi otaknya.

Gadis dengan ransel doraemon itu berdiri di depan gerbang sekolahnya. Ia celingak-celinguk berusaha mencari keberadaan mobil hitam dengan plat yang sama seperti yang biasa mengikutinya. Rain yakin mobil itu sedang mengintainya sekarang.

Tak jauh dari Rain berdiri, seorang laki-laki yang berada di parkiran menatapnya dalam. Dia baru saja izin untuk tidak mengikuti ekstrakurikuler basket. Entahlah rasanya malas sekali untuk memainkan benda bulat itu.

Awan menatap punggung kecil Rain. Dia sama sekali tidak sadar jika sedari tadi ada empat pasang mata yang menatapnya. Salah satu dari pasang mata itu adalah Awan dan satunya lagi seseorang yang berada di balik mobil hitam.

Brittle [Tamat]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ