5. ANEH

1.7K 281 232
                                    

HAPPY READING♥

Pagi ini langit biru terlihat cerah disertai awan putih yang menemaninya. Burung-burung pun berkicauan terbang ke sana kemari di sekitar rumah besar keluarga Pratama.

Di ruang makan yang tergolong mewah itu terdapat dua orang yang sedang menyantap sarapannya dalam diam. Mereka ialah Awan dan Reyhan, Papanya.

Sampai akhirnya Awan pamit pada Reyhan untuk pergi ke sekolah, barulah Ayah dan anak itu membuka suara. Sejak tadi keduanya sama-sama bungkam, enggan untuk sekedar mengucapkan satu dua patah kata.

"Pa, Awan berangkat," pamit Awan. Ia mencoba tersenyum meskipun hasilnya kaku.

"Ya, hati-hati!" Singkat dan menyakitkan bagi Awan. Walaupun begitu ia tetap mencium punggung tangan Reyhan dengan sopan.

Kemudian Awan kembali memasang wajah datar dan dinginnya. Ia segera bergegas ke garasi untuk mengambil mobil lamborghini merah kesayangannya.

Tak perlu waktu lama lagi untuk laki-laki berzodiak Cancer itu keluar dari pekarangan rumah besarnya.

Kini Awan telah bergabung dengan kendaraan umum lainnya di jalanan. Ia terus melajukan mobilnya hingga pandangannya tak sengaja menangkap sosok gadis yang sepertinya tidak asing sedang kebingungan di pinggir jalan. Jika dilihat dari mobilnya yang di pinggirkan di tepi jalan, Awan bisa menebak mungkin saja mobil itu mogok atau bannya bocor.

Entah kenapa jalanan yang dilewatinya ini nampak sepi tidak ramai seperti biasanya. Rain terlihat ketakutan antara takut terlambat ke sekolah atau takut ada seseorang yang berniat jahat padanya, seperti itulah pikir Awan.

Awan melihat Rain sekilas dengan tatapan datar tanpa mempunyai niatan membantu. Ia melajukan mobilnya hampir melewati gadis itu. Namun, tiba-tiba saja gadis itu memberhentikan mobilnya. Rain merentangkan kedua tangannya di tengah-tengah jalan tepat di depan mobil Awan yang sedang melaju hingga membuat Awan menginjak remnya secara mendadak.

Para pembaca. Tarik napas dalam-dalam dan mari kita kembali ke beberapa saat yang lalu saat gadis remaja berumur enam belas tahun itu melompat-lompat kegirangan seperti anak kecil berusia lima tahun. Rain, dia merasa seperti mendapatkan emas sekarung. Bagaimana tidak senang jika hal yang diinginkannya selama ini terwujud di pagi yang cerah ini.

Rain diperbolehkan Neneknya membawa mobil hari ini. Aish bahagia sekali rasanya. Tapi tetap saja itu hanya sehari.

Sebabnya juga karena Pak Dadang sedang mengantarkan Kakeknya yang sedang ada urusan. Coba kalau tidak? Sudah pasti Rain tidak diperbolehkan mengendarai mesin beroda empat itu sendirian.

Tadi saja Rina malah menyuruhnya naik bus, tentu saja Rain menolak keras hal itu. Memang terkadang Rain lebih suka naik bus ketimbang diantar Pak Dadang, tetapi untuk hari ini ia sangat bersikukuh ingin membawa mobil sendiri. Ia terus merengek seperti seorang anak kecil yang minta dibelikan permen oleh Ibunya. Alhasil Rina pun mengizinkannya. Namun, Rain juga harus mendengar ceramah dadakan dari wanita yang notabene Neneknya itu.

Kemudian Rain pun berangkat ke sekolahnya menaiki mobil sendiri. Sesekali ia bersenandung kecil saat mobilnya mulai membelah jalanan ibu kota di pagi hari.

Pak Dadang harusnya kayak gini aja tiap hari biar gue bisa bawa mobil terus, batin Rain dengan sudut bibir yang melengkung ke atas.

Mobil berwarna silver itu terus melaju. Akan tetapi saat melintas di jalanan yang cukup sepi sang empu pemilik mobil merasakan ada sesuatu yang ganjal pada mobilnya. Lalu Rain berhenti sebentar, ia menepikan mobilnya di pinggir jalan. Rain mengecek ban belakang mobilnya. Aish kenapa dewi fortuna tidak berpihak padanya? Ban belakang mobilnya bocor entah terkena paku di jalan atau memang sudah lama tidak diganti bannya.

Brittle [Tamat]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin