Chapter 22 - New

2.6K 203 5
                                    

Malam tahun baru akhirnya tiba. Coral Restaurant dan pesisir pantai Asana Lagoon sudah disulap menjadi tempat barbecue party untuk menyambut tahun baru. Banyak makanan yang disediakan di meja prasmanan. Tepat jam 00.00 nanti ketika pergantian tahun, akan ada peluncuran kembang api.

Karena tamu lain tidak terlalu banyak, jadilah kami terkesan mendominasi. Untungnya tamu lain semuanya asyik. Kami cepat berbaur dengan mereka. Staf - staf Asana pun memiliki kemampuan service yang sangat baik. Jadi acara malam tahun baru ini terasa meriah.

Kevin dan Vino sampai mengeluarkan gitar yang mereka bawa sendiri. Kami semua bergantian menyumbangkan suara. Termasuk aku yang mau tak mau juga dipaksa bernyanyi, mengeluarkan suara cemprengku. Band yang disewa oleh pihak resort untuk mengisi live music bisa sedikit santai. Karena selain kami, para tamu lain juga bergantian nyanyi, berasa karaokean.

Asupan makan selalu disupplai oleh para staff restoran. Piring prasmanan tidak pernah kosong. Kami boleh makan sampai kenyang. Diet seolah terlupakan khusus malam ini.

Tepat jam 11 malam, MC dan panitia acara mengadakan sesi menari untuk makin menghidupkan suasana. Kami menari Maumere yang diiringi lagu Gemu Fa Mi Re yang digabungkan dengan gerakan tari limbo. Limbo sendiri adalah tarian yang mengharuskan para penarinya berjalan melewati tiang horizontal sambil membungkukkan badan ke belakang agar tidak menyentuh tiang. Keliatan deh disini mana yang badannya lentur dan kaku.

"Wajar banget kalo cuma yang Ken bisa lewat di 70 cm. Doi gym slave," Billy membela diri ketika hanya Ken yang berhasil melakukan limbo di ketinggian pertama.

Ketinggian palang pun dinaikkan 5 cm menjadi 75 cm. Aku termasuk yang berhasil lewat di ketinggian ini bersama Krystal, Hanna dan Vino. Lumayan... berarti aku cukup lentur dong. Mungkin berkat olahraga yang tidak pernah kutinggalkan setiap hari.

Setelah mengeluarkan cukup banyak energi menari Maumere dan berhasil lewat limbo setinggi 75 cm tadi, perutku mulai bersuara lagi. Kulihat jarum di jam tangan menunjukkan waktu 23.30. Wajar kalau aku kembali lapar, terakhir makan berat jam 8 malam tadi. Aku menghampiri stan barbecue dan mengambil satu jagung bakar untuk mengganjal perut.

"Laper lagi?" Suara bass yang amat sangat kukenal terdengar sangat dekat di belakang telinga, membuatku terlonjak kaget.

Aku menoleh dengan delikan tajam ditujukan ke pelaku yang hampir membuat jantungku copot barusan. "Ngagetin deh ah!"

Kris terkekeh pelan. "Sorry," Ia ikut mengambil jagung bakar sama sepertiku. "Duduk di dalem aja yuk. Ada yang mau aku omongin," Ajak Kris sambil meraih tanganku.

Kris menuntunku masuk ke dalam area indoor restoran yang sepi. Acara Tahun Baru diadakan full di area outdoor yang dekat dengan pesisir pantai. Tidak ada satupun tamu di dalam restoran ketika kami berdua masuk. Hanya ada satu atau dua staff yang berjaga di area bar. Kris membawaku duduk berdampingan di salah satu meja yang menghadap jendela, jauh dari area bar. Kami masih bisa melihat keriuhan acara dari dalam.

"Mau ngomongin apa?"

Aku melirik Kris yang bukannya mulai bicara malah diam saja sejak kami duduk. Bahkan jagung bakarnya pun tidak disentuh sama sekali, sedangkan jagung bakarku sudah hampir habis. Kris menghela nafas. Ia meletakkan jagung bakarnya begitu saja di atas tissue.

"Kita udah kenal berapa lama sih, Na?" Kris mengubah posisi duduknya menjadi miring menghadapku.

Aku berpikir sejenak. Menghitung waktu sejak perkenalan kami. "Hampir enam bulan,"

"Yakin?" Kris menaikkan alisnya.

"Yakin dong. Gue inget banget orang baik yang mau nungguin lift. Tapi itu kita masih stranger ya. Malemnya pas inagurasi baru deh Kevin ngenalin kita," Aku mengenang momen awal perkenalan kami.

GEORGINADonde viven las historias. Descúbrelo ahora