Chapter 39 - Reconciliation

2.4K 185 1
                                    

Siapin camilan / kopi / teh dulu gih. Soalnya part ini 3.3k words 😜

Sebelum baca, jangan lupa tekan tombol bintangnya ya ⭐⭐⭐

🌼🌼🌼🌼🌼

"Makasih, Mas," Aku melempar senyum pada waiter yang mengantarkan makanan.

Setelah aku dan Reno ketahuan oleh Kris menguping pembicaraannya dengan Stefany, kekasihku itu memintaku sarapan bersamanya. Sehingga Reno pergi sendirian sarapan ke restoran. Kris memesan layanan khusus supaya sarapan kami diantar dan ditata di outdoor lounge. Kami mendadak breakfast date disitu.

Mood Kris sedang tidak baik. Dari tadi dia hanya diam tak bersuara dengan wajah tanpa ekspresi. Ya... mungkin masih shock karena baru dapat pengakuan cinta dari Stefany tadi. Bisa juga akibat dari konfrontasi tentang krisdaily, akun yang menyebarkan hoax tentang dirinya. Yang dalangnya adalah orang yang sama dengan orang yang disebut Kris sebagai childhood-friend nya selama ini.

"Jam berapa nanti kita pulang ke Jakarta?" Tanyaku memecah keheningan.

"Siang aja jam dua-an. Gimana?" Kris menjawab tanpa berpaling dari piring makanannya. Nasi goreng kampung lengkap dengan telur mata sapi dan kerupuk.

Aku mengangguk. "Aku ngikut aja,"

Kris tidak menyahut lagi. Aku juga tidak berusaha memulai percakapan. Kalian tahulah aku orangnya bagaimana. Kalau tidak dipancing, mana mau mulai lebih dulu. Ditambah mood Kris sedang anjlok. Makin jiper lah mau buka suara duluan. Akhirnya kami makan dalam diam sampai selesai.

Tapi kenapa ya Kris tidak memberitahuku kalau tim IT-nya sudah berhasil menemukan siapa pemilik akun krisdaily itu? Kenapa Kris tidak melibatkan aku ketika mengkonfrontasi Stefany CS? Kenapa Kris tidak memberitahuku tentang apa yang dilihatnya dari CCTV perihal kejadian cedera kakiku kemarin? Gio tahu juga gak ya? Kan Kris lihat bersama adikku itu. Aku merasa jadi orang paling clueless sedunia deh. Padahal semua kejadian itu berkaitan denganku.

"Lagi mikirin apa?" Kris menatapku dengan pandangan menyelidik.

Aku membalas tatapan Kris. Menimbang bagaimana mood-nya sekarang, apakah sudah bisa di-kepoin tentang kejadian tadi atau belum.

"Kamu gak ada yang mau dibahas sama aku?" Pancingku setelah memastikan suasana hati kekasihku itu sudah stabil.

Kris tampak tertegun sesaat begitu ditembak dengan pertanyaan barusan. Kupikir dia bakal menghindar, tapi ternyata tidak. Kris yang tadinya duduk di hadapanku kini berpindah ke sebelahku. Dia mengeluarkan ponsel lalu memperlihatkan rekaman CCTV yang menunjukkan kejadian di pacuan kuda kemarin padaku. Dalam rekaman itu, sangat jelas menunjukkan kesengajaan Stefany membuat kudanya terkejut dan mengarahkannya padaku. Dia bahkan terlihat tersenyum sebelum menarik tali kekang kudanya.

"Ini yang aku dan Gio dapet dari ruang security kemarin sore. Apa yang dibilang Mark, sama dengan rekaman CCTV ini,"

"Kenapa dia tega banget ya mau mencelakai aku?" Aku menyandarkan tubuh ke sandaran kursi.

"Maaf," Kris sedikit menjeda. "Well, you know... it's maybe because of me," Dia merujuk pada perbincangannya dengan Stefany yang berakhir pada ungkapan cinta tak terduga sebelum ini tadi. Terdengar nada bersalah dari kalimatnya.

Ups... wrong move, Georgina. Padahal tadi aku hanya bertanya tanpa arti. Tanpa perlu diberi jawaban. Tapi sepertinya Kris salah mengartikan. Aku menegakkan badan dan menghadap sepenuhnya ke Kris yang tampak sedikit menunduk. Kutolehkan wajahnya menghadapku.

GEORGINAWhere stories live. Discover now