Chapter 24 - Chill

2.5K 173 1
                                    

Dengan muka polos tanpa make-up, aku buru – buru keluar dari dalam rumah menuju mobil Kris yang sudah menunggu di depan rumah. Di belakangku, Mbak Vina juga tergesa – gesa berjalan menuju mobil Kak Chandra yang parkir di depan mobil Kris. Sama sepertiku, Mbak Vina juga masih berantakan. Rambutnya hanya dicepol sembarang ke atas.

"Sorry ya Sayang, aku kesiangan. Kamu udah nunggu lama?" Aku menyapa Kris begitu masuk ke dalam mobilnya.

"Lumayan. Si Chandra dateng lebih dulu dari aku. Lamaan dia," Kris menoleh padaku. "Kok bisa kesiangan?"

Aku menarik tali sabuk pengaman yang sedikit keras. Melihatku yang sedikit kesusahan, Kris mendekat dan membantu menarik hingga memasangkan sabuk pengaman tersebut dengan benar. Aku dapat mencium wangi parfum Kris yang sangat maskulin.

"Ayah lagi site visit proyek terbarunya ke Surabaya. Bunda ikut nemenin. Terus Mbak Siti juga pulang kampung. Jadi cuma kami bertiga yang tinggal di rumah. Makanya gak ada yang bangunin. Ditambah semalem aku sama Mbak Vina begadang nonton drama korea," Aku menjelaskan alasan keterlambatanku.

Kris memperhatikanku dengan seksama. "Ini kamu beneran mau pergi begini?" Tanyanya dengan alis terangkat.

Aku mengerutkan dahi. Kuperhatikan pakaianku apakah ada yang salah, tapi tak menemukan hal yang nyeleneh sedikitpun. Kemudian aku baru teringat kalau aku tidak memakai make-up sama sekali. "Ah... kamu ngeledekin aku ya. Mukaku polosan gini," Aku mengerucutkan bibir cemberut.

Kris mengulurkan tangannya ke atas kepalaku. "Maksud aku ini lho... kamu beneran ke kampus pake roll gini?"

Aku ikut meraba kepalaku. "Ya ampun! Sampe lupa kan ngurusin rambut saking tadi buru – buru," Aku membuka semua roll rambut yang bertengger di kepalaku.

"Kamu gemesin banget sih!" Kris tertawa sambil memperhatikan kehektikanku.

"Jangan ilfeel ya ngeliat aku berantakan gini. Saking telat bangun tadi, aku beneran cuma sempet mandi sama gosok gigi aja. Gak sempet dandan sama sekali. Liat aja outfit-ku hari ini, warna item semua. Aku cuma ambil pakaian yang ada di paling atas lemari, gak sempet milih lagi," Gerutuku.

Kris masih tertawa sambil melihat dan mendengar gerutuanku.

"Eh, kamu kalo mau sambil jalan gak apa. Aku bisa kok sambil dandan," Kris langsung mulai menjalankan mobilnya begitu aku mempersilakan. "Liat ya bentar lagi pacar kamu ini bakal cantik lagi,"

"Emang siapa yang bilang kamu gak cantik?"

"Kamu," Tuduhku.

"Kapan? Aku gak pernah bilang gitu," Kris membantah.

"Secara tersirat kamu bilang gitu tadi," Aku ngotot. "Kimi binirin ki kimpis piki rill gini?" Aku mengikuti ucapan Kris sebelumnya yaitu 'kamu beneran ke kampus pake rol gini?'.

Kris menoleh singkat padaku sebelum mengalihkan pandangannya ke jalan lagi. "Maaf deh kalo kamu nangkepnya gitu. Tapi aku beneran gak ngeledek kok. Kamu tetap cantik meskipun gak pake make-up. Setidaknya alis kamu masih ada," Kris menoleh ke arahku lagi. "Tapi gak tahu ya asli apa enggak," Tambahnya dengan nada usil.

Aku memukul pelan lengan Kris. "Ini seratus persen asli ya!" Aku menggosokkan jari ke alisku untuk membuktikan keasliannya.

Kris tertawa. "Baguslah kalau asli. Soalnya kalo liat Mommy sama Wendy di pagi hari, alis mereka gak ada. Mata mereka kayak ngambang gitu,"

"Ishh.. gue kasih tau Wendy lho ya," Ancamku.

"Gue?" Kris menegurku yang lagi – lagi keceplosan menggunakan 'gue' padanya.

GEORGINADonde viven las historias. Descúbrelo ahora