Chapter 43 - Care

2.3K 173 4
                                    

Hello guys, sorry for the late update ✌

Aku baru selesai isoman.
This last 2 weeks been like a nightmare for my family.
4 dari 6 anggota keluargaku positif cvd.
Aku negatif, tapi karna kontak erat sama orang positif (karena satu rumah), jadi aku harus ikut isoman.

Kasus cvd di kotaku sedang tinggi-tingginya.
Makanya masih PPKM Level 4.
Banyak yang isoman seangkatan denganku 🥺
Alhamdulillah pas tes minggu kemarin keluargaku sudah pada negatif semua
#jadicurhat

Ketatkan prokes dan segera vaksin ya bagi yang belum.
Trust me, vaksin sangat membantu meringankan gejala dan mempercepat penyembuhan kalau sudah terlanjur terpapar cvd.

Stay safe and healthy guys ❤

Karena seperti kata cover chapter ini :
'The greatest wealth is health'

🌼🌼🌼🌼🌼

'Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat menerima panggilan. Cobalah beberapa saat lagi'

Aku berdecak kesal karena dari tadi mencoba menghubungi Kris selalu dijawab oleh mbak - mbak mesin penjawab otomatis provider telepon seperti barusan. Pesan WA yang kukirimkan pun hanya centang satu. Yang artinya pesan tersebut belum terkirim dan diterima oleh Kris. Aku beralih menghubungi Sandi, siapa tahu dia sedang bersama kekasihku itu.

Sejujurnya aku agak khawatir dengan kesibukan Kris akhir - akhir ini. Makin hari kekasihku itu terlihat seperti orang yang sedang kerja rodi. Sibuk skripsian plus sibuk kerja kantoran. Well, begitu selesai wisuda Kris memang akan langsung diangkat jadi jajaran direksi di perusahaan keluarganya. Sambil menuntaskan skripsi, dia juga kejar tenggat supaya pengangkatannya bisa dilakukan tidak jauh setelah wisudanya.

Saking sibuknya, waktu istirahat Kris jadi sangat berkurang. Kadang dia hanya bisa tidur selama lima jam. Bahkan pernah tiga jam. Jam makan pun jadi tidak teratur. Makanya setiap hari aku selalu ngecek keadaan Kris. Kadang tanpa diminta, aku memesankan Go-food untuknya.

Hingga sore hari dan semua kelasku sudah selesai, tidak ada satu pun jawaban dari Kris maupun Sandi. Aku langsung berinisiatif untuk mengunjungi apartemen Kris. Entah kenapa perasaanku tidak enak karena dari pagi sama sekali belum dapat kabar darinya. Jadi disinilah aku sekarang, berada di dalam lift yang membawaku ke lantai unit Kris sambil menenteng bungkusan takeaway berisi dua porsi mie ayam bakso pangsit.

Saat aku masuk ke unit apartemen Kris, suasana terasa sangat hening. Tapi aku dapat mendengar suara dari arah ruang tengah. Kulihat Kris dan Sandi sedang berada disana. Aku memperhatikan keduanya dalam diam.

Sandi berdiri di depan Kris yang sedang duduk di sofa. Ia tampak sedang berbicara serius dengan ekspresi yang juga tak kalah serius. Sementara Kris hanya diam dengan tubuh menyender ke sofa, kepala mendongak dan mata terpejam. Keduanya masih belum menyadari kehadiranku. Kris tampak sedang tidak baik - baik saja karena tangannya sesekali memijat - mijat dahi.

Aku berdeham pelan yang langsung menarik perhatian Sandi. "Hai," Sapaku.

Kris membuka matanya lalu menoleh padaku. Saat itulah aku baru melihat penampilan Kris yang agak kacau. Honestly, he looks sick. Mata dan hidung memerah serta bibir pucat.

"Oh hei babe, udah pulang?" Tanyanya dengan suara sengau sambil menegakkan tubuh.

Aku segera mendekat dan duduk di sebelah Kris. "Udah. Aku kesini karena kamu gak ada kabar. Are you okay?" Kuulurkan tangan untuk menyentuh dahinya. "Kamu sakit nih. Badan kamu panas,"

GEORGINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang