Chapter 53 - Attached

2.1K 155 0
                                    

Halooo... sorry update-nya lama 🥺

Sebagai gantinya, chapter kali ini panjang.

Bagi bintangnya yaaa. Wajib 🥰

🌼🌼🌼🌼🌼

Kris sibuk dengan ponselnya saat kami berdua duduk di depan meja makan untuk sarapan. Sejak pagi aku sudah datang ke kediaman keluarga The Martin karena siang ini Kris akan berangkat ke Manila untuk kunjungan kerja selama seminggu. Kebetulan weekend ini Kris tidak menginap di apartemen melainkan di rumah keluarganya. Jadi dia memintaku datang untuk menghabiskan waktu bersama sebelum dia berangkat.

Sudah dua minggu berlalu sejak wedding proposal Kris secara personal di Pulau Tidung. Malam besoknya saat pulang ke Jakarta langsung diadakan intimate dinner antara keluargaku dan keluarga Kris untuk membahas rencana pernikahan kami berdua di kediaman keluargaku. Makan malam yang hanya dihadiri oleh keluarga inti saja. Dipertemuan itu secara resmi Om Erik mengutarakan niat dan meminta izin pada Ayah untuk meminangku pada anak laki-laki sulungnya, Kris. Tanggal pernikahan pun juga ditentukan saat itu.

Kami sepakat untuk mengadakan acara lamaran resmi di bulan September. Akad dan resepsi akan diadakan di hari yang sama pada tanggal 1 Januari tahun depan. Bertepatan dengan tanggal jadi kami sebagai sepasang kekasih. Tanggal tersebut sudah mempunyai tempat spesial bagi aku dan Kris. Akad diadakan pagi hari dan malamnya resepsi. Dua hari sebelum hari besar itu tentu saja akan diadakan pengajian di masing-masing rumah mempelai.

"Sandi gak ikut?" Tanyaku ketika Kris sudah mengalihkan perhatiannya dari ponsel.

"Sandi jagain kamu aja disini," Kris menatapku lembut.

"Jaga apaan?!" Protesku cepat.

Kris terkekeh mendapat respon seperti barusan dariku. "Dih langsung ngegas. Perasaan belum waktunya PMS,"

Aku mendelik. "Ya habis kamunya mancing,"

Kris tampak mengulum senyum. "Aku perginya bareng Daddy. Kalau sama Daddy otomatis ada Pak Indra, chief of all the PA. Beliau mampu handle kami berdua secara bersamaan. Sandi bisa bantuin kamu aja disini," Kris menyesap kopinya yang mulai mendingin. "Anyway... hari ini jadi cari barang buat seserahan sama Mommy?"

"Jadi dong. Mommy udah ngingetin dari tiga hari yang lalu,"

Sejak hubungan kami naik level, panggilan untuk masing-masing kedua orangtua kami pun otomatis berubah. Aku ikut memanggil 'Daddy' dan 'Mommy' ke Om Erik dan Tante Elena. Begitu juga dengan Kris yang mulai memanggil kedua orangtuaku dengan sebuatan Ayah-Bunda. Alasannya simpel sih supaya saat menikah nanti kami sudah terbiasa dan tidak kagok lagi.

"Mau cari dimana?" Tanya Kris lagi.

"Mau ke Sency dulu, terus paling ke GI. Wendy juga ikut sih nanti. Pengen ngajak Mbak Vina juga tapi takut brojol di tengah jalan. Akhir-akhir ini doi udah sering ngerasa kontraksi palsu. Jadi mesti siaga terus,"

Kakak perempuanku itu benar-benar siap melahirkan. Kandungannya sudah 39 minggu. Akan tetapi keponakanku sepertinya masih nyaman di perut ibunya. Aku sampai ngeri setiap melihat perut Mbak Vina yang seperti akan mau meletus saking sudah besar dan berat.

"Udah dilist mau beli apa aja? Jangan sampai salah fokus. Kamu udah tahu kan, udah pernah ngerasain juga gimana shopping bareng Mommy dan Wendy," Ujar Kris mengingatkan.

Tahu banget! Makanya aku benar-benar bikin daftar barang yang menjadi permintaanku untuk seserahan nanti. Mengingat calon mertua dan iparku ini sangat totalitas kalau shopping.

GEORGINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang