Chapter 10 - Confide

2.5K 188 0
                                    

Aku sedang melakukan skincare rutin ketika Mbak Vina pulang. Sesekali kuperhatikan kakakku itu melalui pantulan kaca meja rias. Senyum tak lepas dari bibirnya. Kelakuan khas orang yang sedang kasmaran.

"So?" Mbak Vina tiba-tiba berbalik memandangku. Senyum jahil tersungging di bibirnya.

"So what?" Tanyaku sambil mengoleskan clay mask ke seluruh wajah.

Mbak Vina bersedekap melipat tangan di depan dada. "Kencan lo sama Kris Martin tadi. Gimana?"

Aku memutar bola mata. "Tadi itu bukan kencan, Mbak. Kami cuma ke pet shop sama main ke taman," Jawabku sambil mencoba untuk tidak menggerakkan bibir agar masker di wajahku tidak pecah.

"Itu termasuk kencan namanya! Jam berapa dianterin Kris pulang tadi?" Tanya Mbak Vina.

"Sekitar jam enam. Sebenernya bukan Kris yang nganterin pulang, tapi Reno,"

Mbak Vina berdecak. "Kok bisa? Lo ini pergi sama siapa, pulang sama yang lain,"

"Ishh bukan gue yang mau juga. Ceritanya panjang deh. Intinya Stefany dan dua dayangnya tiba - tiba muncul. Kris diambil alih. Gue sama Gara terdampar kehujanan di taman. Pulang sendiri ga bisa. Nelpon sodara minta dijemput ga ada yang angkat. Akhirnya cuma Reno yang bisa jemput," Aku bercerita dengan kesal. Kali ini aku hampir tidak menggerakkan bibir sehingga kalimatku terdengar seperti kumur - kumur.

Mbak Vina nyengir. "Sorry. Hape gue silent tadi," Ia mendekatiku dengan raut penasaran. "Ceritain dong yang Stefany itu," pinta Mbak Vina kepo.

"Ihhhh nanti dong. Jangan ajak gue ngomong dulu. Ntar masker gue pecah," Aku bergumam dengan tak sabar. Sama sekali tidak menggerakkan area mulut.

"Oke, gue mandi dulu. Tapi abis gue mandi ceritain secara detail ya," Mbak Vina langsung ngeloyor ke kamar mandi.

Tiga puluh menit kemudian, aku dan Mbak Vina sudah memakai onesie pajama bergambar binatang favorit kami masing - masing. Aku memakai onesie monyet, sedangkan Mbak Vina dalam onesie rusa. Ranjang dibiarkan kosong karena kami memutuskan untuk tidur menggelar matras di lantai. Matras yang kami gelar pun juga berbentuk binatang, Panda lebih tepatnya. Kami memang pencinta binatang. Itulah kenapa barang - barang kami kebanyakan bertema binatang.

Malam ini aku dan Mbak Vina akan melakukan girl's talk. Memang sudah menjadi kebiasaan untuk tidur di lantai sambil memakai piyama onesie kalau kami melakukan sesi ini. Mengingat ranjang twin-sized kami dipisahkan oleh nakas kecil. Sesi curhat ini bisa berlangsung sampai subuh. Untungnya malam ini adalah malam minggu yang artinya besok libur dan kami bisa bangun siang.

Terakhir kami melakukan sesi girl's talk ini saat Mbak Vina menceritakan momen jadiannya dengan Kak Chandra. Mbak Vina dan Kak Chandra dekat sejak mereka berperan di  pertunjukan drama kampus sebagai pasangan. Dari sana, Kak Chandra sering ngajak Mbak Vina pergi berdua dan akhirnya dia nembak kakakku itu.

"Jadi Stefany dan dayangnya itu ngikutin Kris mulai dari rumah. Sampe kami ke taman, tiba - tiba dia muncul. Kris diambil alih lah sama dia. Ngobrolin topik yang gue ga tahu sama sekali," Aku menceritakan semua kejadian tadi siang pada Mbak Vina.

"Issshhh mak lampir itu ga pernah berubah ya. Selalu aja cari perhatian!" Mbak Vina berkomentar dengan berapi - api.

"Terus pas mau pulang, dia sama sidekicks nya itu nipu gue..." Aku meneruskan bercerita.

"Elo lagi... kok bisa percaya aja sama tipuan dayang - dayang dia? Kalo gue jadi lo, gue ga bakal jauh - jauh dari Kris. Kalo bisa, gue cantolin tangannya," Mbak Vina menceramahiku setelah cerita selesai.

GEORGINAWhere stories live. Discover now