Chapter 15 - Present

2.7K 215 4
                                    

Begitu kelas usai, aku segera memesan ojek online. Bukan langsung pulang ke rumah, tujuanku melainkan ke coffee shop yang letaknya tidak terlalu jauh dari kampus PU. Hari ini aku tidak pulang bersama Mbak Vina atau Gio. Kelas mereka selesai siang, sedangkan kelasku berakhir sore.

Sapaan 'selamat datang' menyambut begitu aku sampai. Aroma kopi dan roti langsung semerbak tercium. Kuedarkan pandangan sekilas ke semua penjuru toko yang tidak terlalu ramai sore ini. Mas Eko, barista yang cukup kukenal, tersenyum begitu aku menghampiri konter.

"Hai mbak, pesenan biasa?" Mas Eko langsung nodong.

Aku mengangguk singkat. "Iya, Mas. Satu caramel macchiato," Saking seringnya kesini dan pesananku selalu sama alias itu - itu saja, semua barista disini sudah hafal.

"Make that two," Sebuah suara berat yang akhir - akhir ini sering kudengar berbicara dekat sekali di telingaku.

Aku sontak menoleh mencari sang sumber suara. Benar saja, kudapati Kris Martin sedang berdiri tepat di belakangku. Wih, lamanya nggak ketemu! Kangen deh. EH! Aku buru - buru menyingkirkan pikiranku barusan. Kok aku bisa sering banget ketemu Kris nggak sengaja gini ya.

"Hai, Na!" Kris menyapaku sambil tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Hai juga! Lama nggak keliatan nih. Kemana aja?" Kris lama tidak muncul ketika makan siang. Mau tanya ke anak Avengers yang lain dia kemana, aku gengsi. Pertemuan terakhir kami adalah di supermarket tempo hari yang berakhir dengan 'diculiknya' aku ke rumah keluarga Martin untuk jadi mandor buat cupcake.

"Kenapa? Kangen ya?" Kris mengedipkan sebelah matanya.

Aku balas dengan mendelikkan mata sambil memeletkan lidah. "Enak aja,"

"Memang enak dikangenin kamu," Jawabnya tak mau kalah.

Kali ini aku hanya mendengus. "Apaan geje deh, Kris,"

Mas Eko berdehem keras mengalihkan perhatian kami berdua. "Dua caramel macchiato, ada lagi?"

"Mau pesen apa lagi?" Kris malah bertanya padaku.

"Tambah satu cheese cake buat take away ya, Mas Eko," Tujuan utamaku datang kesini sebenarnya karena aku craving dengan cheesecake-nya.

"Itu aja," Kris menutup orderan.

Mas Eko mengetik pesanan kami di mesin kemudian menyebutkan jumlah tagihan. Kris langsung menyerahkan kartu debitnya sebelum aku sempat membuka tas untuk mengambil dompet.

"Eh, jangan!" Aku menahan tangan Kris tapi terlambat karena kartunya sudah berpindah ke tangan Mas Eko dan siap digesek di mesin EDC.

"Chill. Sekali - kali, Na," Kris meremas tanganku yang hendak menahan tangannya tadi. Ia mengangguk pada Mas Eko yang menunggu untuk menggesekkan kartu. Aku hanya bisa manyun ketika Kris memasukkan password transaksi ke mesin EDC.

Mas Eko mengembalikan kartu debit Kris. "Atas nama siapa pesanannya?"

"Krisna," Kris yang menjawab. "Singkatan Kris dan Nana," Tanpa kutanya ia menambahkan.

Aku terkikik geli. "Kayak kartun India yang biru – biru itu lho,"

Setelah menyelesaikan orderan, kami mencari tempat duduk untuk menunggu pesanan disiapkan. Pilihan jatuh pada salah satu meja dekat jendela yang menampilkan keadaan di luar yang sedang hujan. Tepat setelah aku sampai tadi, hujan langsung turun mengguyur bumi. Memang seharian ini cuaca mendung.

"Sendiri aja nih?" tanyaku basa – basi ketika sudah duduk.

Kris duduk berhadapan denganku. "Iya. Seharusnya sama Sean. Tapi begitu denger Lukas mau ke tempat bubble tea, dia langsung batalin acara ngopi kami,"

GEORGINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang