Chapter 33 - Fine

2.2K 173 2
                                    

DOR! Eke update lagi nih. Sebelum baca, bagi bintangnya dong hehe 😉

🌼🌼🌼🌼🌼

"Jadi orangnya Kak Kris udah nyari siapa dalang dibalik akun krisdaily itu?" Hanna yang duduk di sebelahku bertanya.

Aku melirik ke arahnya melalui kaca. Kami berdua sedang berada di salon. Elsa dan Krystal tidak bisa bergabung karena ada urusan lain. Sementara Hanna mewarnai rambutnya dengan warna blonde, aku memilih potong rambut dan perawatan hair spa saja.

"Iya. Lokasi dan hp yang digunain sih udah tahu. Baru itu yang ketemu. Pinter juga pemilik krisdaily itu. Kayaknya orang yang ngerti IT," Aku menghela nafas. "Tapi orangnya Kris masih cari tahu sih sampe sekarang,"

Hanna ngakak heboh. "Gue penasaran banget siapa orang dibalik krisdaily itu. Tebakan gue sih orang yang dekat dengan Stefany. Mengingat akun itu pro banget sama doi," Dapat kulihat stylist yang sedang mengerjakan pewarnaan rambut Hanna mendelik kesal padanya karena tidak bisa diam. Dasar pecicilan!

"Ya kita lihat aja nanti kalau udah ketahuan," Aku mengedikkan bahu.

"Eh, kok lo tumben gak jalan sama Kak Kris weekend ini?" Tanya Hanna lagi. "Malah nyalon bareng gue,"

"Yang ngerengek minta ditemenin nyalon siapa ya?" Aku berdecak. "Tiap hari gue udah sama Kris terus. Sekali – kali gak apa dong ngabisin waktu sama sahabat,"

"Aww... sweet banget sih," Hanna mengerjapkan matanya padaku dengan genit.

Aku menyeringai jahil. "Lagian gue juga bakal ketemu dia besok," Tambahku.

Hanna langsung cemberut. "Baru aja gue muji lo sweet karena bela – belain gak jalan sama pacar demi mau nyalon bareng gue. Ternyata besok lo tetap mau ketemu dia. Angan gue kayak dihempaskan dari langit ke bumi,"

"Nah lo sendiri kenapa gak jalan sama pacar? Baru juga jadian, lagi anget - anget nya tuh. Seharusnya weekend gini pacaran dong. Biar chemistry makin kuat," Aku balik bertanya pada Hanna.

"Ya masa gue minta ditemenin nyalon sama Chico. Bisa merepet seharian tuh anak karena nunggu lama," Jawab Hanna sekenanya.

Belum sempat aku menanggapi Hanna, ponselku tiba – tiba berdering. Nama Kris muncul di layar. Aku segera menggulir tombol hijau untuk menerima telepon dari kekasihku itu.

"Hai!" Sapaku dengan nada seceria mungkin.

"Hai, lagi ngapain?" Tanya Kris.

"Lagi nyalon sama Hanna. Kan udah bilang tadi,"

"Oh, masih belum selesai? Jadi potong rambut?"

Aku tertawa. "Kan ngantri, Abangku sayang. Aku jadi potong rambut. Ini baru mau dieksekusi,"

Suara tawa Kris terdengar dari seberang. "Jangan pendek – pendek ya potongnya. Nanti aku gak bisa elus – elus rambut kamu lagi," Kris berpesan.

Wajahku sontak memerah. Sebelumnya aku memang sudah memberi tahu Kris kalau aku ingin potong rambut. "I-iya. Ini gak lebih dari bahu kok dipotongnya," Aku sedikit tergagap saat menjawab.

"Emang gak sayang dipotong? Rambut kamu udah hampir sepinggang lho,"

"Kan bisa tumbuh lagi. Lagian ini mulai gerah dan ganggu karena udah lama gak di-trim. Sekalian ganti suasana dengan ubah style rambut," Aku beralasan.

"Okay. Can't wait to see your new look. Besok jadi main ke apartemenku?" tanya Kris.

"Jadi dong,"

GEORGINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang