Chapter 48 - Ngambek

2.4K 169 6
                                    

Sebelum baca, jangan lupa bagi bintangnya dong 😆

🌼🌼🌼🌼🌼

Bau obat khas rumah sakit langsung menyergap indra penciumanku sesaat setelah aku keluar dari mobil Gocar yang menurunkanku tepat di depan UGD RSPI. Kedatanganku sepertinya cukup menghebohkan dan mengundang perhatian orang. Beberapa orang bahkan menoleh secara terang - terangan ke arahku. Well, tidak heran karena saat ini aku tengah mengenakan dress mengembang dengan wajah full make-up dan hair-do sanggul sasak.

Hari ini aku ada job nge-MC off air. Selesai acara, aku baru ngecek HP. Kebiasaan kalau lagi on duty jarang bahkan hampir tidak pernah ngutak - atik HP. Aku menemukan 13 missed call dan sebuah pesan Whatsapp dari Sandi yang mengabarkan kalau Kris masuk UGD. Alhasil tanpa berpikir panjang, aku langsung memesan taksi online dan meluncur ke RSPI, rumah sakit tempat Kris dibawa. Itulah kenapa dandananku heboh saat datang ini.

Menurut info dari Sandi via telepon saat aku dalam perjalanan ke RS tadi, beberapa hari ini Kris memang tidak enak badan. Lalu hari ini Kris mengeluh sakit perut lalu muntah - muntah di kantor. Karena takut kenapa - napa, Sandi langsung bertindak cepat dengan membawa Kris ke rumah sakit. Memang akhir - akhir ini Kris mulai menunjukkan gelagat mode gila kerjanya lagi. Slow respond membalas chat, jarang nelpon, jarang ngajak ketemu. I should've see this coming!

Kalau jiwa workaholic-nya kumat, Kris suka lupa dengan segalanya. Hanya kerja kerja kerja! Biasanya aku yang bawel mengingatkan supaya jangan sampai lupa makan dan istirahat yang cukup. Kadang aku pesankan Gofood atau aku sendiri yang datang membawakan makanan. Tapi akhir - akhir ini aku juga disibukkan dengan pekerjaan, jadi aku juga kurang perhatian dengan Kris.

Kris juga tipe pacar yang mandiri. 'Terlalu mandiri' sampai tidak mau mengabari pacarnya kalau dia sedang tidak baik - baik saja atau sakit karena tidak mau merepotkan. Hal inilah kadang yang jadi bahan pertikaian kami. Sering tuh aku baru dikabari oleh Sandi ketika Kris sudah tumbang. Tapi selama ini hanya sakit dan perlu istirahat beberapa hari di apartemen saja. Kalau sampai dibawa ke UGD dan masuk rumah sakit begini, baru kali ini.

Sandi memberitahu bahwa Kris sudah dipindahkan dari UGD ke ruang rawat inap. Jujur aku tidak tahu bagaimana perasaanku sepanjang perjalanan menyusuri lorong bangsal menuju ruang rawat inap Kris. Cemas memikirkan kondisi Kris. Marah karena Kris lagi - lagi tenggelam dalam kesibukan dan mengabaikan kesehatannya. Kecewa karena Kris mengulangi hal yang tidak kusuka dan sering jadi bahan pertikaian kami. Juga sedih karena kurang memperhatikan Kris belakangan ini.

Dengan perasaan campur aduk dan mengabaikan tatapan penasaran orang akan penampilanku saat ini, aku menggeret dress mengembangku menuju ruang rawat inap Kris. Ketika sampai di depan kamar aku membuka pintu dengan pelan dan hati - hati, takut menganggu Kris yang mungkin sedang istirahat. Tapi yang kudapati malah kekasihku itu sedang setengah berbaring di ranjang pasien dengan selang infus di tangan kirinya dan sedang membaca sebuah file dengan ekspresi serius. Sandi berdiri di sebelah ranjangnya.

Emosiku jadi menumpuk. Keduanya belum ngeh akan keberadaanku. Dengan sengaja kututup pintu agak keras, barulah keduanya menoleh ke arahku dengan ekspresi terkejut. Aku langsung berjalan lurus menuju Kris dengan wajah yang pasti sudah merah padam karena amarah. Sandi sepertinya melihat tandukku sudah keluar sehingga dia mundur beberapa langkah menjauh dari Kris.

"Hai, baby," Dengan tanpa dosanya, Kris menyapaku. Dia malah tersenyum lebar sambil menutup file yang ada di hadapannya.

"Don't baby me! Kenapa nggak bilang kalau sakit? Kenapa nggak ngabarin aku? Kenapa kalau lagi sibuk suka lupa diri?! Gak merhatiin kesehatan! Terus sakit gini kan?! Terus kenapa masih kerja udah tahu sakit dan sampe dirawat gini?!" Aku ngoceh panjang lebar. Meluapkan semua amarah dan kekecewaan.

GEORGINAWhere stories live. Discover now