ten

835 72 9
                                    

BARA diam-diam mencuri pandang pada Agatha, namun sialnya malah terciduk oleh gadis itu. Dia tidak langsung memalingkan wajah, melainkan bergantian menatap Alin supaya tidak terlihat mencurigakan oleh Agatha.

Ya, saat ini dia dan teman-temannya dikantin berada dalam satu meja dengan Alin dan teman-temannya. Ini disebabkan meja kantin yang telah penuh dan Reon sengaja menawarkan pada Adara-pacarnya Reon-untuk bergabung dimeja mereka.

Seperti sekarang, Reon sibuk menggoda Adara dan Adara yang tersipu sekaligus malu menjadi pusat perhatian seluruh kantin. Elvano sibuk memperhatikan Reon yang menggoda adiknya sesekali mencuri-curi pandang pada Alin. Gavin tidak ada disana karena lelaki itu bilang dia tidak lapar sementara teman Alin yang setahu Bara bernama Alexa sedang diberi perintah oleh guru untuk membawa buku pinjaman ke perpustakaan, dia tahu karena Reon sempat menanyakan keberadaan Alexa pada Alin.

Bara melihat Alin yang menyisihkan sayur dari nasi gorengnya ke pinggir, menghela nafasnya.

"Sayurnya dimakan" Suara Bara terdengar sopan masuk ditelinga Alin. Gadis itu menoleh, lalu menggeleng.

"Nggak suka,"

Bara menyendokan sayuran itu lalu mulai menyuapkannya kearah Alin namun cewek itu membuang muka kesisi lain. "Pahit"

Bara memasukan sayuran itu ke mulutnya sendiri dan memakannya setelah berupaya menyuapi Alin yang berakhir sia-sia.

Alin meringis. "Enak ya?"

Bara mengangguk. Lain dengan Elvano yang menatap mereka dengan wajah cemburu yang kentara sedangkan Agatha hanya menunduk memainkan jari-jarinya, dia masih berpikir kalau Bara benar-benar menyukai Alin seperti yang sering digosipkan oleh anak LHS.

Elvano menggebrak meja membuat seluruh menatap kearahnya. Sadar karena menjadi pusat perhatian, lelaki itu menyengir. "Duluan bro, gue mendadak kenyang"

***

Para siswi berteriak histeris kala melihat sang pangeran sekolah berjalan melewati koridor, berjalan penuh karisma sambil menebarkan pesona mereka yang membuat para cewek klepek-klepek melihatnya.

"Anjir, trioo ganteng ituu, argh. Kok bisa ganteng banget?" Pekik Trisya saat melihat Beltran, beserta dua temannya.

"Yaampun....saking gantengnya gue jadi yakin kalo mereka itu bukan sepenuhnya manusia, tapi malaikat" Celutuk Mona bertompang dagu sambil tersenyum memandang mereka.

" Sae"

"Pasti dia bukan asli sini alias blasteran" Imbuh Trisya yakin.

"Mukanya adem coy, gue jadi curiga kalo mereka blasteran surga" sambungnya langsung disetujui oleh teman-teman sekelas mereka.

Zila menggeleng pelan melihat kelakuan teman sekelasnya, tak jauh berbeda dengan Zila, teman sebangkunya pun memberi respon yang sama.

"Cih, modal ganteng doang, tapi kelakuannya nggak jauh beda sama anjing tetangga dikomplek gue" Cibir Binasha membuat Zila menoleh.

Sebenarnya Zila bingung, apa yang membuat Binasha sangat membenci rombongan Beltran, dan teman-temannya.

"Kamu benci banget ya sama mereka?" Tanya Zila menatap temannya itu.

Binasha terkekeh sinis, bukannya menjawab dia malah balik bertanya, "Kelihatan banget ya emangnya?"

Zila mengangguk.

Seluruh kelas langsung diam, menahan pekikan yang tertahan ditenggorokan, menahan untuk tidak berteriak sekeras mungkin saat Beltran berjalan masuk ke kelas mereka sementara Daren dan Gama menunggu di luar. Zila sempat melihat Daren mengedipkan mata dan memberikan jari berbentuk hati kearahnya, namun gadis itu langsung membuang muka. Entahlah, dia masih merasa sakit hati atas perkataan Daren yang menyebutnya sebagai mainan.

Harmony ; family relationshipWhere stories live. Discover now